Setelah selesai beristirahat, kelompok Kagami meninggalkan ruangan tersebut. Tujuan kedua mereka kini adalah ruangan yang serupa, tetapi berada di tempat yang jauh dengan lorong yang bercabang dan cukup rumit.
Andaikan kelompok tersebut tidak memiliki Kagami yang mampu memetakan lokasi, mereka mungkin akan memerlukan waktu lebih dari seminggu untuk keluar dari gua tersebut. Walau berhasil keluar dengan selamat, mereka terpaksa harus berhadapan dengan monster misterius yang mirip Astal. Entah pada akhirnya mereka akan selamat atau tidak.
Kedatangan Kagami di kelompok itu membuat peluang selamat mereka lebih tinggi. Para petualang mungkin memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai cara bertahan hidup di alam liar. Tetapi Kagami memiliki pengalaman lebih kompleks jika harus dihadapkan pada situasi yang serupa atau bahkan lebih berbahaya.
Dengan jam terbang yang sangat tinggi, dia mampu dengan tenang membawa Party tersebut melewati setiap lorong tanpa harus ribut mempermasalahkan lorong mana yang harus mereka pilih untuk menuju ke ruangan formasi sihir selanjutnya.
Formasi kelompok itu sendiri tidak berbeda jauh dari sebelumnya. Kreon masih tetap bertanggung jawab pada bagian belakang, Kagami memimpin di depan. Tetapi kali ini Sakura berada di samping Kagami. Entah mengapa, gadis itu menjadi lebih menempel dengan laki-laki tersebut dan tidak mau pergi terlalu jauh.
"Jika kalian lapar atau lelah sebaiknya katakan saja, tidak perlu menahan diri ataupun malu-malu, karena itu hanya akan membuat masalah ketika muncul di situasi yang tidak tepat."
Semua orang menjawab dengan santai ucapan Kagami. Setelah itu, tiba-tiba Sakura menempelkan kepalanya di lengan kanan Kagami dengan manja dan bersikap seakan telah kehilangan tenaga untuk berjalan.
"Ada apa? Kau sudah lelah meski kita baru saja selesai beristirahat?"
Jika benar bahwa dia kelelahan meski baru berjalan sebentar, mungkin harus ada seseorang yang melatih staminanya. Tentu saja harus dilatih dengan cara yang benar dan bukan latihan stamina yang bukan-bukan.
Gadis itu pada akhirnya menggelengkan kepala dengan lesu. Dia menguap lebar, kemudian mengusap matanya yang terpejam sesaat.
Haha, dia ternyata mengantuk. Tetapi tingkahnya seperti kucing—ah, bukan, dia mirip Schana ketika mengantuk.
Melihat tingkah polos Sakura, membuat Kagami teringat dengan istrinya yang sedang menunggu di penginapan. Mungkinkah dia saat ini sedang cemas? Atau mungkin hanya kesepian karena Kagami tidak kunjung kembali ke penginapan?
Saat sedang asyik memikirkan keadaan istrinya yang barusan melintas di pikiran, Kagami mendadak berhenti, menyebabkan Sakura yang sedang bersandar di lengannya tersungkur ke depan. Rombongan yang lain pun ikut berhenti setelah mengetahui Kagami terdiam begitu saja. Sedangkan Sakura yang tersungkur segera mendapatkan kembali kesadarannya dan kembali ke samping laki-laki itu.
"Ada apa, Tuan Kagami?"
Kreon mendekati Kagami dan menanyakan penyebabnya menghentikan langkah. Tetapi Kagami hanya diam dan menatap tajam ke depan, di mana lorong gelap tak berujung.
Setelah itu muncul siluet asing yang cukup besar. Mendekat perlahan dan terdiam tidak jauh dari Kagami. Saat semua orang menyadari kedatangan monster, mereka segera menyiapkan senjata. Kagami pun dengan sigap hendak menarik Charlotte dari holsternya.
Tidak, jika aku menunjukkan kemampuanku sekarang, Sakura tidak akan memiliki pengalaman lebih bersama yang lainnya.
Kagami tidak mengambil pistolnya. Setelah berubah pikiran, dia dengan segera menyiapkan rencana. Walau bukan rencana yang terlalu bagus, tetapi sudah cukup untuk menambah pengalaman petualang di belakangnya.
Di depan mereka ada empat kalajengking raksasa dengan racun mematikan yang siap disuntikkan ke dalam tubuh mereka. Kagami lantas berjalan selangkah ke deapan.
"Aku akan mencoba menahan dua kalajengking itu, Kreon dan Sakura lawanlah satu bersama, sisanya aku serahkan kepada kalian."
"Baiklah!"
"B-Baik, Tuan Kagami."
"Ooohhh!"
Mereka segera mengerti akan perintah tersebut dan menyiapkan kuda-kuda bertarung masing-masing dengan semangat membara. Kagami lalu meluncur di tengah empat kalajengking tersebut.
"Double Shield!"
Dia merentangkan kedua lengannya dan mengeluarkan lapisan perisai yang membentuk dinding dari masing telapak tangannya. Dengan begitu, keempat monster itu terpisah menjadi dua bagian. Dua dari mereka langsung memisahkan diri lagi dan menyerang para petualang dan Sakura serta Kreon.
Merasa rencana awalnya berjalan lancar, Kagami mengalihkan pandangannya ke arah kalajengking yang ada di hadapannya. Mereka tidak bergerak seakan tidak mendeteksi adanya ancaman lawan yang cukup kuat.
Kita lihat akan sekuat apa.
***
Pada saat Kagami menangani dua kalajengking itu, Sakura dan Kreon mencoba menyerang seekor kalajengking dengan tubuh raksasa yang mengerikan. Ekornya yang beracun berdiri tegap mengarah kepada mereka.
"Serahkan serangannya kepadaku, Paman."
"Hei, aku belum setua itu!"
Sakura melesat dan mengayunkan katananya secara diagonal. Tetapi serangan tersebut dihalangi oleh cangkang si monster yang lumayan tebal. Ketika salah satu capitnya berusaha menggapai Sakura, Kreon segera maju dan menghadangnya. Sakuranya yang sempat mundur segera maju dan mengayunkan senjatanya ke bagian cangkang yang terlihat tidak tersambung. Dengan kata lain, pada bagian celah cangkangnya.
Salah satu capitnya dengan mudah terpotong. Keduanya lantas mundur dan mengambil jarak. Sakura mengalihkan pandangannya kepada Kagami, tetapi laki-laki itu telah berhasil membunuh satu kalajengking.
Sejak kapan Tuan Kagami membunuhnya? Aku tidak merasakan serangan kuat yang muncul darinya.
Sakura sedikit kebingungan dengan cara Kagami menyelesaikan pertempuran pertama dengan mudah. Dia kemudian menoleh ke arah para petualang yang ada di belakangnya. Mereka tampak kesulitan untuk menahan serangan monster itu. Walau sudah dibantu dengan sihir penguatan dan serangan sihir, mereka terlihat begitu kesulitan mendorong mundur kalajengking tersebut.
"Sakura, bantulah mereka!"
Teriakan Kagami yang segera terdengar oleh Sakura, membuat telinga kelincinya berdiri tegap. Gadis itu segera membalas dengan anggukan paham. Dia meluncur ke arah di mana seorang petualang berada pada keadaan berbahaya. Salah satu capit kalajengking itu hendak menangkap petualang yang mulai kelelahan, tetapi Sakura segera sampai dan menahan capit itu dengan katanannya.
Hal itu lantas membuat para petualang lainnya tersentak kaget. Mereka tidak berpikir atau berharap untuk mendapat bantuan Sakura, tetapi ketika pertolongan itu datang tepat waktu, mereka mulai menjaga jarak dan memperkuat formasi.
"K-Kenapa kau menolong kami?"
"Aku tidak memiliki alasan khusus untuk menolong sesama petualang."
"T-Tetapi ...."
Pernyataan yang ia ucapkan membuat para petualang terdiam sejenak dan sulit menjawabnya. Kini Sakura yang berdiri di depan menjaga mereka dengan gagah berani.
"Cukup sampai di sini! Aku sudah mengantuk!"
Sakura menyiapkan kuda-kuda yang kokoh, dari caranya yang hendak mempersiapkan serangan, pastilah dampak yang diberikan akan cukup besar bagi kalajengking tersebut. Dengan gaya seorang samurai yang ahli membawa katana, Sakura menatap tajam monster itu.
"Three Roses Dance."
Cahaya kecil berwarna merah berbentuk seperti mahkota mawar muncul dan beterbangan di sekitar Sakura dan kalajengking tersebut, kemudian dalam waktu sekejap, dia telah menghilang ke belakang monster tersebut. Tiga tebasan itu terlalu cepat untuk ditangkap indera penglihatan manusia normal. Sakura kembali menyarungkan katananya, lalu suara benda berat terdengar terjatuh ke tanah dengan cukup keras bersamaan dengan suara nyaring katana yang tersimpan rapi ke sarungnya.
Ya, tubuh kalajengking itu terpotong menjadi empat bagian hanya dengan tiga tebasan saja. Hal itu sontak membuat wajah para petualangan berubah memutih dengan mulut terbuka lebar.
"Fuu ... akhirnya selesai."
Sakura melihat ke arah Kreon. Pria itu tengah melompat dan mengayunkan kapaknya tepat ke cangkang yang melindungi otak kalajengking tersebut. Suara 'krak' yang khas seperti cangkang telur pecah terdengar sesaat. Makhluk itu pada akhir tidak bergeming sama sekali.
Setelah mereka menyelesaikan bagian masing-masing, mereka kembali berkumpul menjadi satu dan saling melaporkan keadaan masing-masing sesuai perintah Kagami. Setelah mengetahui tidak ada yang mengalami luka misterius.
"Emm, anu, Sakura!"
"Eh, iya?"
"T-Tolong maafkan sikapku yang sebelumnya!"
Mendadak seorang gadis membungkuk dan meminta maaf kepada Sakura.
"Itu benar, aku juga ingin minta maaf karena sebelumnya mengabaikanmu. Pada akhirnya kau menyelamatkan kami."
"Aku juga ingin meminta maaf, dan juga tolong maafkan kami semua atas sikap buruk kami selama ini!"
Tidak ada mendung atau hujan, satu persatu petualang itu membungkukkan tubuh mereka di hadapan Sakura. Gadis itu membuka mulutnya dengan wajah terkejut. Sepasang mata merahnya berbinar-binar seakan memandang perhiasan yang mewah.
Sakura lantas menoleh ke arah Kagami, dan laki-laki itu menganggukkan kepala seakan mengetahui apa keinginannya. Sakura kembali memerhatikan kelompok petualang itu.
"Um, aku telah memaafkan kalian kok, lagi pula tidak ada alasan lebih bagiku untuk membenci kalian. Karena kita adalah petualang, maka aku tahu jika kalian mencoba mencari cara aman agar dapat bertahan hidup."
Tiga gadis di kelompok petualangan itu mulai berkaca-kaca dan tak mampu membendung perasaan di hati mereka. Sekali lagi suara tangisan gadis pecah, menjadi musik penghantar mereka di gua misterius yang sunyi ini. Sakura dan ketiga gadis lainnya saling berpelukan dan tertawa bersama, diikuti dengan para laki-laki yang berkumpul di sekitarnya dengan tersenyum lega. Mereka saling menyalurkan perasaan satu sama lain dan menjadi akrab untuk pertama kalinya.
Kagami dan Kreon yang melihat peristiwa tersebut hanya dapat saling menahan tawa mereka.
"Bukankah dengan begini, rencana Anda untuk menyatukan mereka telah berhasil sempurna?"
"Heh? Dari mana kau menyimpulkan hal tersebut?"
"Tentu saja, saya memerhatikan Anda menahan diri saat hendak mengambil senjata di pinggang Anda. Lalu Anda mencoba memanfaatkan jumlah monster yang menyerangan untuk membuat kesempatan agar Sakura menyelamatkan mereka dari monster itu. Bukankah aku benar, Tuan Kagami?"
Mendengar alasan yang cukup mengesankan itu, Kagami tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
"Tidak aku sangka ada yang menyadarinya."
"Jadi memang benar, ya? Haha, seperti yang saya harapkan dari petualang bintang tujuh seperti Anda, Tuan Kagami. Anda benar-benar sangat luar biasa dan dapat memanfaatkan keadaan dengan baik."
"Yah, itu juga tidak terlepas dari faktor keberuntungan yang ada."
Kagami tersenyum licik sambil menoleh ke lorong gelap di belakang. Mencoba menyembunyikan raut wajah itu dari Kreon. Tiba-tiba dia merasakan ada tarikan di jubahnya yang memaksanya segera menoleh. Dia mendapati Sakura yang telah menghampirinya dengan senyum manis terukir di wajah cantiknya.
"Tuan Kagami, Tuan Kagami! Akhirnya aku bisa memiliki teman petualang."
Senyuman indah disambut baik dengan belaian lembut tangan Kagami. Sekali lagi, gadis tersebut terbuai dengan perasaan nyaman dari tangan seseorang yang membuatnya begitu tenang dan nyaman selama berada di gua itu.
Setelah bertarung melawan Bloater dan menyiapkan rencana dadakan untuk menolong Sakura, pastilah membutuhkan energi yang besar di kepala Kagami. Pada akhirnya, dia melihat ke Device dan mendapati hari telah malam. Karena itulah, mereka harus segera mengistirahatkan tubuh untuk hari esok.
"Baiklah, sekarang sudah terlalu larut untuk melanjutkan perjalanan. Alakangkah baiknya jika kita berkemah di sini saja."

0 Komentar