"Baiklah semuanya, kita akan bermalam di sini."
Kalimat yang diucapkan Kagami sontak menjadi sambaran petir bagi para petualang. Semuanya saling berbisik dan mencoba berdiskusi tanpanya. Saat diskusi tersebut telah mendapat kesepakatan, salah satu laki-laki mengangkat tangannya.
Dia adalah laki-laki biasa dengan rambut cokelat, pakaiannya pun tidak terlalu terlihat mahal, hanya kain lusuh biasa yang tertutupi plat besi di bagian dadanya.
"Permisi, Tuan Kagami, kenapa kita harus berkemah di sini? Bukankah akan berbahaya jika tiba-tiba kita diserang Hunter?"
"Itu benar, Tuan Kagami," ucap salah satu laki-laki di sampingnya.
Mereka mengarahkan pandangan kepada Kagami yang terlihat telah mempunyai alasan penting di balik perintahnya tadi.
"Terlebih lagi, waktu pengaktifan pada batu sihir tadi hanya bertahan satu jam. Bukankah akan buruk jika kita bersantai di tempat ini, Tuan Kagami?" Kreon menambahkan informasi yang dikiranya telah dilupakan oleh Kagami.
"Tidak apa."
Kagami hanya menjawabnya dengan singkat. Entah apa yang dipikirkannya, tetapi jawaban tersebut terdengar sangat santai dan mengabaikan banyak konsekuensi seandainya mereka benar-benar bermalam di tempat ini sekarang.
"Aku telah menaruh sebuah alat yang dapat digunakan untuk menyerap Mana di sekitar batu itu. Sehingga batu dengan formasi sihir tadi akan tetap mendapat suplai Mana tak terbatas. Yah, setidaknya berfungsi selama 72 jam."
"A-Apa maksudnya itu?"
"Intinya kita bisa tenang dahulu sebelum formasi sihir tadi menghilang. Jadi tidak perlu khawatir."
Pemuda yang pertama bertanya tadi langsung melebarkan mulutnya. Karena dia tidak tahu peralatan apapun yang dimiliki Kagami, dia hanya dapat terdiam saat Kagami telah menyelesaikan satu masalah.
"Yosh, semuanya mari membuat tenda dan beristirahat. Aku yang akan berjaga di sesi pertama."
"Baiklah."
Salah satu menjawabnya, kemudian mereka bubar untuk mendirikan tenda. Kagami yang menjadi penjaga dalam sesi pertama lantas mengutak-atik Device-nya. Dia terlihat memerhatikan peta dan berpikir keras untuk sesuatu hal.
Tidak lama, Sakura mendekatinya dan menarik ujung pakaiannya. Kagami berbalik dan mendapati Sakura yang tersenyum riang seolah kebahagiaan mengalir lancar di dalam kehidupannya. Gadis tersebut memegang lengan kanan Kagami dan memerlihatkan wajah penuh permohonan.
"Em, bolehkah aku ikut berjaga bersamamu, Tuan Kagami?"
"Hoi, kau bilang tadi sudah mengantuk?"
Sakura tersentak dan menggelengkan kepalanya berkali-kali. "T-Tidak! Aku tidak mengantuk kok." Dia tersenyum pahit dan tiba-tiba melompat kecil seakan mendapat ide. "B-Benar juga, aku hanya berpikir bahwa mereka sebenarnya telah mengantuk. Jadi aku berpura-pura kelelahan supaya mereka bisa beristirahat."
Sakura tersenyum lebar dan menunggu reaksi Kagami. Laki-laki itu menoleh ke belakang dan melihat beberapa petualang yang memang telah kelelahan dan mengantuk. Mereka akan cepat-cepat tidur dan memanfaatkan waktu sebanyak mungkin untuk dapat tidur lebih lama.
Melihat ucapan Sakura ada benarnya, Kagami hanya mengangguk kepala dan kembali fokus ke Device-nya. Dia menyusuri setiap lorong di dalam Gua tersebut dan mencoba mengecek keadaan.
"Sakura?"
"Iya?"
"Mau ikut denganku sebentar?"
"Eh? I-Ikut dengan Anda? Ke tempat yang gelap dan sepi? A-Aku ...."
Wajah Sakura langsung memerah seperti apel. Dia memalingkan tubuhnya dan memeluknya sendiri seakan tengah membayangkan sesuatu yang 'ahem'. Kagami lalu menjatuhkan chop di kepalanya hingga gadis kelinci itu tersentak dengan suara "Kyan," dan kembali melihat ke arah Kagami dengan malu-malu.
"Jangan berpikir yang bukan-bukan, dasar kelinci mesum."
"Gehehehe ...."
Mereka lalu mulai berjalan memasuki lorong gelap dan meninggalkan para petualang yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing.
Di lorong yang berbelok ke arah kiri, Kagami mengincar sisi pojok dari lorong tersebut, lalu memasang suatu benda seukuran bola tenis. Setelah itu dia melihat Sakura. Gadis itu masih membayangkan sesuatu hal yang membuatnya terlihat aneh, seperti orang yang baru saja mengonsumsi obat terlarang.
Kagami memerhatikan tubuhnya, pakaiannya yang tidak begitu mahal, bahkan tidak memakai plat besi pelindung seperti kebanyakan petualang, sehingga dadanya timbul dengan jelas di balik baju yang dia pakai.
"Hah ... benar-benar menyebalkan. Sakura, kemarilah!"
"Ah, iya."
Saat Sakura datang, Kagami mengeluarkan sesuatu dari Device-nya dan memberikannya.
"Pakai ini."
"Eh, apa ini?"
"Dengan proporsi tubuh itu, kau akan lebih cocok dan lebih mudah bergerak saat bertarung dengan pakaian ini."
Sakura menerimanya. Dia hanya memandangi dan diam seakan menunggu perintah lanjutan.
"Apa lagi yang kau tunggu? Tenang saja, aku tidak akan mengintipmu?"
"Eh? Kenapa Anda tidak mengintipku?"
"HAH?"
"Ah, bukan apa-apa."
Sakura langsung berbalik. Pertama dia meletakkan katananya di tanah dan perlahan melepas pakaiannya yang terlihat kotor dan sulit digunakan untuk bergerak bebas dalam pertarungan. Saat dia melepaskan bajunya, Sakura menyentuh dadanya sendiri dan menoleh ke belakang, melirik Kagami yang seakan tidak peduli kepadanya.
Sakura melanjutkan kegiatannya dan memakai pakaian yang telah diberikan oleh Kagami. Dia mengenakan kaos putih dan kaos yang sedikit lebih panjang dan transparan, lalu memakai blazer berwarna biru gelap. Setelah itu celana pendek yang juga berwarna biru kehitaman dan kaos kaki putih di atas lutut yang hanya dipakai di kaki kanannya saja. Dia menoleh ke sekitar, tetapi kebingungan masih menempel di kepalanya.
Gadis tersebut memakai pakai itu tanpa sedikit pun berpikir dari mana Kagami bisa mendapatkan pakaian yang seukuran dengannya. Entah karena tak sadar, atau memang tidak terlalu memikirkan hal tersebut.
"Um, Tuan Kagami, kenapa kaos kakinya hanya sebelah?"
"Oh, itu hanya gaya. Kau tidak perlu memikirkannya."
"Baiklah."
Setelah selesai berganti, Kagami memutar tubuhnya. Dia kini telah melihat sosok baru di hadapannya yang telah benar-benar membuatnya terperangah.
"B-Bagaimana dengan pakaianku yang sekarang?"
"Wow, kau melewati ekspektasiku."
"Terima kasih."
Kagami sekali lagi memberinya sesuatu. Sakura hanya terkejut saat melihatnya, kemudian menerima pemberian tersebut dengan masih tidak percaya. Itu adalah sebuah sarung tangan dengan besi pelindung di bagian jari, dan sebuah katana bersarung biru yang terdapat gambar bunga sakura.
Saat Sakura menarik katana tersebut dari sarungnya, dia melihat sebuah bilah yang transparan, seakan terbuat dari kaca. Dia dibuat terdiam saat itu juga. Gadis itu langsung menabrakkan dirinya ke Kagami dan membenamkan wajahnya ke dada laki-laki tersebut.
"Pedang itu adalah ciptaan sempurna pertamaku saat aku telah mahir dalam menggunakan sihir alkimia. Kuharap kau mau menerimanya sebagai hadiah pertemanan kita."
"Um, um, aku pasti akan menerimanya! Pasti akan kuterima dan kurawat dengan segenap perasaanku!"
Gadis itu berteriak dengan suara serak. Dia terlihat menangis bahagia karena sejak awal kedatangannya di dunia ini, dia hanya mendapat hadiah dari orang tuanya dan tidak berpikir akan mendapat hadiah dari orang lain yang dikenal. Kagami adalah orang luar pertama yang menaruhkan tangannya dan mengangkat derajat Sakura di saat-saat terpuruknya.

0 Komentar