Kagami kembali ke perkemahan, ketika dia telah sampai, keramaian yang tadi sempat dia dengar menjadi hilang tak tersisa seakan ditelan oleh dunia. Dia mendapati perkemahan yang sepi, tidak ada seorang pun berada di luar tenda.
"Sial, mereka benar-benar menyerahkan semuanya kepadaku."
"Hehe, tidak apa, Tuan Kagami, aku akan menemanimu selama mungkin."
"Terima kasih, Sakura."
"Um."
Dia mengeluarkan sebuah kotak yang sama seperti sebelumnya ketika bertemu Sakura, cahaya hangat muncul dari dalam kotak kecil tersebut saat diaktifkan. Kagami melepaskannya di udara dan membiarkannya melayang seperti balon udara. Laki-laki itu duduk dan bersandar di dinding gua, lalu kembali mengutak-atik Device seperti yang dia lakukan sebelumnya.
Sakura mendatanginya dan duduk tepat di samping Kagami, gadis tersebut mendekatkan tubuhnya dan melihat apa yang dilakukan oleh laki-laki tersebut. Dia menaruh dua katananya di sisi lain dan menikmati waktu berduaan tersebut. Kagami sesaat melirik ke arah katana merah milik Sakura.
"Um, Sakura?"
"Iya?"
"Di mana kau membeli katana itu?"
"Oh, ini. Katana ini adalah buatan ayahku. Beliau bilang keluarganya dahulu adalah pengrajin senjata sejak masa perang dunia."
"Oh, itu mengejutkan, mungkin lain kali aku boleh bertemu dengannya?"
"Tentu saja, itu suatu kehormatan. Lagi pula ayahku tidak terlalu terkenal di kalangan Blacksmith yang sudah terkenal di kota."
"Itu tidak benar, pasti ada yang bisa kita lakukan agar namanya menjadi terkenal."
Sakura terdiam. Dia mendengar kalimat tadi, tetapi tidak terlalu berharap. Jika usaha itu sia-sia, dia mungkin hanya akan merasa bahwa kerja kerasnya telah terbuang begitu saja. Gadis tersebut menyentuh katana merah buatan ayahnya dan mengelusnya lembut seakan memerlakukan benda tersebut seperti makhluk hidup.
Perlahan secara sadar atau tidak, Sakura menaruh kepalanya di pundak Kagami dan menatap kosong ke depan. Dia terlihat terbebani dengan sesuatu hal, yang bahkan bisa ditebak dari raut wajahnya. Dia terlihat kesepian dan sedih.
"Ehem, boleh aku bertanya lagi?"
"Apa itu, Tuan Kagami?"
"Em, itu, yah ... hanya perasaanku saja atau memang kau memiliki dua pasang telinga?"
Sakura sontak menjauh dengan wajah memerah. Dia menutupi telinga manusianya dengan kedua tangannya. Meski daun telinga tersebut telah tertutupi rambut merah mudanya yang indah, tetapi tanpa sengaja Kagami melihatnya.
"Kenapa kau menjauh? Aku tidak akan mengejekmu."
"Itu memalukan. Aku benci dengan telinga-telinga ini. Aku juga dibenci oleh orang di sekitar akibat memiliki empat telinga ini."
"Eh ...."
"Akibat telinga ini, mereka mengejekku sebagai anak kutukan. Aku benci dengan telinga ini. Aku ingin sekali memotong dua di antaranya ...."
"Tunggu! Jangan lakukan itu!"
Sakura menatap Kagami dengan wajah melas. Ekspresinya mirip seperti seekor kucing yang hendak dibuang oleh pemiliknya. Bahkan Sakura tidak berani memandang langsung ke mata Kagami. Dia menahan rasa malu ketika orang lain menanyakan keaslian dari telinga miliknya.
"Sebenarnya telinga manusia ini berfungsi normal, lalu telinga kelinci ini juga memiliki kemampuan mendengar yang sangat peka. Aku tidak memiliki masalah dengan kemampuan tersebut, hanya saja kenapa mereka harus mengejekku? Kenapa? Kenapa?"
Gadis tersebut menutup wajahnya dan mulai menangis. Suaranya yang terisak memang pelan, tetapi jika ada orang lain yang melihat mereka pasti akan menanyakan alasannya menangis dan akan menyalahkan Kagami sebagai satu-satunya laki-laki yang ada di dekatnya.
Ayah Sakura adalah manusia normal, tidak seperti Kagami yang merupakan manusia setengah Astal, atau dalam istilah di dunianya sebelumnya adalah Half-Astal. Sedangkan ibunya adalah wanita kelinci yang berasal dari ras Rabbit-Man.
Entah mengapa, pencampuran darah dari dua ras tersebut mengalami mutasi gen sehingga melahirkan bayi dengan dua jenis telinga. Hal ini adalah kejadian yang pertama kali ada di dunia ini, sehingga beberapa orang akan berpikir bahwa Sakura adalah anak kutukan.
Di sisi lain, percampuran darah yang mengakibatkan munculnya dua karakteristik dari individu merupakan suatu hal yang langka dan akan menjadi subjek penelitian. Gen yang seharusnya paling dominan muncul sebagai karakter terkuat, tetapi dalam kasus ini, terlihat kedua gen justru saling dominan dan menyebabkan mutasi langka. Orang lain yang tidak mengetahuinya akan menyebutnya kecacatan fisik.
Biasanya pula dari munculnya organ lain, maka salah satunya tidak akan berfungsi, sehingga benar-benar di sebut cacat, tetapi untuk Sakura yang kedua jenis telinganya berfungsi menjadi suatu hal baru.
"Kau salah, Sakura. Kau salah jika kau membenci keempat telinga itu!"
"Eh?"
Kagami mendekati Sakura dan menggenggam kedua tangannya. Gadis tersebut langsung memalingkan wajahnya saat mata mereka saling bertemu. Tangan kanan Kagami menyentuh wajah gadis tersebut dan membuat kembali memandang Kagami.
"Kau salah menanggapi hal itu. Kedua jenis telingamu ini adalah anugerah dari tuhan. Kau tidak bisa menyalahkannya begitu saja."
"Tetapi, Tuan Kagami ...."
"Telinga itu menjadi ciri khasmu. Itu membuatmu berbeda dari orang lain, dan itulah yang membuatmu spesial dari pada orang lain di sekitarmu. Itu pula yang menjadi daya tarik tersendiri darimu."
"Uuu ...."
"Kau menjadi spesial karena kau berbeda dari yang lainnya. Dan aku menyukai perbedaan dari dirimu."
Sakura melihat Kagami dengan mata yang masih berkaca-kaca. Ekspresinya menunjukkan bahwa perasaannya telah benar-benar luluh. Dia bernapas lebih normal dari sebelumnya. Kemudian, Kagami menarik tubuhnya dan memeluk Sakura dengan lembut.
"Aku akan menjagamu. Apapun yang terjadi, aku pasti akan selalu melindungimu. Jadi, tidak perlu khawatir dengan perkataan orang lain."
Gadis tersebut menganggu dalam dekapan Kagami. Dia benar-benar telah terdiam dan tenang. Suara isak tangisnya tidak lagi terdengar oleh teling Kagami. Laki-laki semakin memeluk erat Sakura. Kini gadis itupun hanya dapat terbawa arus perasaannya dan terdiam di pelukan laki-laki tersebut.
***
Kagami melihat waktu di Device yang telah dia sesuaikan dengan dunia ini dan mendapati angka empat. Sesaat dia berpikir bahwa yang berjaga hanya dia selama ini. Itu artinya tidak ada gunanya dia berusaha membuat sesi pergantian penjaga. Tetapi sepertinya dia sendiri tidak terlalu menayalahkan mereka yang tertidur begitu saja.
"Oah ...."
Sembari menguap dan meregangkan tubuhnya, Kagami melihat ke bawah. Dia melihat Sakura yang tertidur dan menggunakan dada Kagami sebagai bantal.
"Ah, benar juga. Semalam dia tertidur dalam pelukanku, mungkin dia benar-benar telah mengantuk saat itu."
Dia berbicara sendiri, lalu sebuah langkah kaki terdengar mendekatinya.
"Yo, selamat pagi, Kagami. Kalian terlihat sangat mesra sejak tadi malam."
Pria yang pertama menyapanya adalah Kreon. Dia membawa sebuah cangkir dan menaruhnya di atas kotak kecil yang melayang di sekitar Kagami.
"Woah, kotak ini lebih efisien dari api unggun."
"Yah, begitulah fungsinya."
"Bisa digunakan untuk memasak?"
"Jika kau menggunakan penggorengan lebih dahulu, maka itu bisa."
"Ouh, sangat simpel."
Setelah beberapa saat, cangkir itu mengeluarkan asap putih, Kreon mengangkatnya dan perlahan meminumnya. "Um, tidak buruk." Dia berbicara sendiri sambil berlalu menuju tenda lainnya untuk membangunkan para petualang dengan suara lantang, "Woi, bangun kalian dasar pemalas. Ini sudah pagi."
Kagami mengabaikannya dan melihat Sakura yang masih tertidur. Wajahnya seperti anak-anak saat dia tertidur. Sunggung pemandangan yang jarang ada di masa tenang seperti sekarang.
Tidak lama, alarm di Device berbunyi dan mengeluarkan suara peringatan, bukan suara untuk membangunkan orang tidur. Kagami meletakkan tubuh Sakura di samping dan langsung bangkit dari posisi duduknya.
"Yosh! Waktunya untuk meregangkan tubuh."
Kagami berjalan menuju lorong yang sebelumnya telah dia lewati untuk memasang alarm peringatan. Dengan wajah mengantuk nan lesu, dia mengambil Charlotte dari holster dan bersiap menangani lawan dihadapannya.
Setelah agak lama menunggu, Kagami mulai bosan, tetapi itu justru membuat lebih waspada. Dia semakin fokus ke depan dan melupakan rasa kantuknya dalam sekejap.
"Pergerakan yang sedikit lambat ini ... oi, oi, jangan bilang kepadaku jika makhluk itu juga ada di gua ini."
Kagami tersenyum kecut dan menelan ludahnya dengan sulit. Dia membuat kuda-kuda dan bersiap, tidak sepertinya saat dia meremehkan monster dari dunia ini. Kali ini dia lebih waspada dan bahkan lebih serius menanggapi suara langkah kaki yang kian mendekat.
Dari kegelapan lorong muncul sepasang cahaya merah seukuran kelereng. Tingginya sekitar 50 cm dan terlihat tidak berbahaya. Mungkin itu hanya goblin atau makhluk sejenisnya, tetapi Kagami jutsru semakin menguatkan kuda-kudanya.
Tidak lama, sebuah kepala berbentuk segitiga muncul dengan mata merah yang menempel seperti belian. Mulutnya terbuka lebar, bahkan mungkin sanggup menelan tubuh Kagami saat itu juga. Kakinya yang runcing juga mulai mengetuk lantai gua dengan suara yang menyeramkan. Dari suaranya, kemungkinan makhluk itu memiliki enam kaki.
Perlahan keseluruhan tubuh makhluk itu terlihat, dia memiliki kepala di bagian bawah tubuhnya, tetapi ternyata ada kepala lain di sisi yang lebih tinggi. Makhluk berkepala dua dengan sepasang mata—tidak, dilihat lebih jelas, dia memiliki tiga pasang mata di masing-masing kepalanya.
Kagami mulai mengetahui sosok di hadapannya. Dia menyeringai dan memerlihatkan senyuman mematikan yang sebelumnya tidak pernah dia perlihatkan kepada siapapun di dunia ini. Senyuman yang dengan mudah dimiliki oleh para ras iblis. Senyuman yang dapat menghilangkan hawa kegembiraan dari orang yang melihatnya.
"Sudah kuduga, pasti ada Astal di tempat seperti ini."
Keduanya dengan jelas saling bertatapan satu sama lain. Astal dengan dua kepala, dan juga Kagami dengan seringai iblisnya. Dua makhluk yang telah menjadi musuh bebuyutan kembali bertemu di tempat yang tidak seharusnya. Dan kali ini, Astal Stage 4 menjadi tamu tak diundang.

0 Komentar