The Irregular Lifeforms Chapter 07 - Awal dari Petualangan



"Terima kasih atas kunjungan Anda, silakan datang lagi."

Cring! Bunyi khas lonceng terdengar ketika pintu tersebut terbuka dan kembali tertutup. Seorang pelanggan baru saja keluar dari kedai ini. Ya, kurasa aku akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk meneliti dunia ini. Mungkin jika masih termasuk dalam misiku, akan ada beberapa tentara pengawal dan para peneliti di sekitarku.

Namun apa yang kudapati di sini berbeda dengan imajinasiku beberapa hari lalu. Terhitung tiga hari semenjak kedatanganku ke dunia ini, aku bekerja paruh waktu di penginapan sekaligus kedai ini, dan tentunya aku masih sedikit dibantu oleh Luna, anak perempuan pemilik penginapan dan kedai bernama Nouvo Inn.

"Kau kelihatannya mulai terbiasa."

"Ah, ini juga berkat bantuanmu. Aku menjadi lebih mudah melakukan banyak hal."

"Syukurlah jika kau senang."

Luna mengajariku membaca dan menulis setelah aku mulai bekerja di tempat ini. Setiap pagi dan sore dia selalu bersemangat mengajariku banyak hal. Berkatnya, aku mulai terbiasa dengan dunia baru ini. Meski budaya yang kurasakan sedikit berbeda, tetapi keramahan orang-orang di sekitar dapat kurasakan dengan jelas.

"Hey, Kagami. Apa kau tidak tertarik untuk menjadi petualang? Kau bisa mendapat uang lebih dari situ."

Satu hal yang menarik perhatianku adalah ketika aku mendengar adanya sebuah pekerjaan aneh bernama 'petualang' atau entah apalah itu. Kurasa itu mirip seperti sebuah game adventure, kita bisa mengambil permintaan dari orang lain melalui guild sebagai perantara. Tetapi yang sebenarnya membuatku tergiur adalah hak khusus yang dimiliki petualang. Mereka diizinkan masuk ke berbagai kota dengan bebas. Itu pasti terdengar misterius dan menyenangkan.

"Eh? Kalau begitu kenapa tidak mengantarkanku ke guild? Aku dengar kau juga seorang petualang."

Perempuan tersebut mendadak membungkam mulutku dengan kedua tangannya, sungguh kecepatan yang abnormal walau hanya untuk menutup mulut seseorang.

"Ssstt... jangan kencang-kencang! Nanti ayah bisa mendengarnya!"

"I-iya...."

Oh, jadi begitu. Dia diam-diam menjadi petualang untuk mencari uang tambahan. Aku mengerti sekarang. Yah... aku tidak tahu apa yang akan aku temukan ketika menjadi petualang, tetapi kuharap ada hal yang berguna untuk suatu saat nanti.

"Ayah, tolong jaga kedainya dahulu! Aku akan pergi bersama Kagami."

"Ya. Berhati-hatilah!"

Pria tua itu menjawab dari lantai dua. Setelah berpamitan, kami berdua pergi ke guild yang berada di pusat kota. Kami berjalan kaki berdua hingga kemudian sampai di sebuah bangunan besar. Ya, itu pasti adalah guild yang dimaksud. Lantas aku dan Luna segera masuk ke dalam dan pergi ke meja resepsionis.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?"

"Hmmm... aku sedang mencari seorang wanita lajang-hugyaa!"

Tiba-tiba sebuah chop mendarat tepat di atas kepalaku, kenapa sih Luna harus menggangguku?

"Dasar, Kagami. Jangan menggoda orang lain seperti itu!"

"Uh, jahat...."

Entah sejak kapan kami mulai akrab, tapi setahuku, kami menjadi dekat karena dia sangat dan bahkan terlalu semangat untuk mengajariku membaca dan menulis. Cara mengajarnya pun terbilang santai dan mudah dipahami, seperti seorang ibu kepada anaknya.

"Maaf sebelumnya. Dia ingin mendaftar sebagai petualang, bisa kau bantu untuk beberapa hal? Ah! Untuk selebihnya biar aku yang mengajarinya ketika menjalankan permintaan."

"Baiklah, silakan isi formulir ini!"

Wanita berusia sekitar 19 tahun itu memberiku sebuah kertas formulir. Hmm... kurasa ini hanya untuk mendata petualang yang ada, bukan? Setelah selesai mengisi formulir tersebut, aku menyerahkannya kepada resepsionis tersebut dan diharuskan menunggu beberapa menit. Aku dan Luna menggunakan waktu luang itu untuk mencari beberapa permintaan yang ada di sebuah papan raksasa.

"Luna, kenapa kertas ini memiliki stempel bintang yang berbeda?"

"Oh itu. Jumlah bintang pada stempel tersebut menunjukkan tingkat kesulitan pada permintaan. Semakin banyak jumlah bintangnya, maka semakin sulit pula permintaannya."

Tingkat kesulitan itu dibedakan menjadi lima, sesuai dengan jumlah bintang pada stempel, dan seorang petualang hanya bisa mengambil permintaan yang sesuai jumlah bintang yang mereka miliki, terkecuali untuk sebuah party berjumlah beberapa orang.

"Permisi, tuan Kagami Kiriyama?"

Ah, resepsionis itu akhirnya memanggil namaku, oh ya, di sini aku tidak memperkenalkan diri sebagai Leonhart, karena aku mulai merasa nyaman dengan nama ini. Sedikit info sih, nama itu, Kagami sebenarnya adalah nama pemberian ibuku. Tetapi ayah menolaknya karena aku telah memakai marga Jepang, dia kemudian menggantinya menjadi Leonhart.

"Ini adalah kartu guild Anda, tolong jangan sampai menghilangkannya. Tetapi jika tidak sengaja, Anda bisa membuat ulang dengan beberapa tambahan biaya."

Aku kemudian mengambil kartu berwarna hitam dengan lambang perisai dan dua pedang yang menyilang di bagian kiri kartu tersebut. Jika dilihat-lihat, kartu ini mungkin seukuran dengan kartu ATM atau sebagainya. Apakah ini juga bisa digunakan untuk melakukan pembayaran? Di samping kartu, terdapat sebuah lencana berbentuk bintang seukuran kepalan tangan, di antara sudutnya terdapat lima bintang dan di tengahnya terdapat sebuah bintang lagi, totalnya adalah tujuh jika dilihat secara keseluruhan.

"Lalu lencana bintang ini?"

"Oh, itu adalah lencana pengukur. Tolong teteskan sedikit darah Anda, fungsinya untuk mengukur seberapa besar kekuatan seorang petualang pemula ataupun profesional, dan kami biasa mendata ulang semua petualang setiap bulannya."

Aku mengambil sebuah jarum yang diberikan oleh si resepsionis dan menusukkannya ke jari telunjukku. Ups! Kurasa itu terlalu dalam, kemudian aku meneteskannya ke atas lencana bintang tersebut. Setelah beberapa detik sejak darahku diserap lencana itu, cahaya muncul dari benda tersebut. Tidak hanya satu bintang, bahkan enam di antaranya pun ikut bersinar. Entah kenapa, aku merasakan firasat buruk untuk ini.

"Eh? Apa yang terjadi?"

Tidak satu pun menggubris pertanyaanku, saat kuperhatikan, si resepsionis hanya melamun ke arah lencana tersebut dengan mulut sedikit terbuka. Ya, aku diabaikan. Lantas aku menoleh ke Luna dengan harapan mendapat penjelasan lebih, tapi ekspresi yang dia perlihatkan jauh lebih tidak terduga dari si resepsionis. Apa-apaan dia ini?

"Tuan Kagami, siapa Anda sebenarnya? Apakah Anda seorang ksatria dari suatu kerajaan?"

"Yang benar saja! Apakah kau benar-benar sekuat itu, hah? Kau bisa mendaftar menjadi anggota ksatria kerajaan jika kau mau."

Ha? Yakin? Jangan-jangan benda aneh itu rusak. Hey-hey... aku tidak sekuat itu kok, tolong jangan berlebihan, ya. Tapi entah apa yang selanjutnya terjadi, aku yakin sesuatu yang merepotkan pasti akan segera mendatangiku dalam waktu cepat atau lambat.

Karena aku tidak begitu paham, resepsionis itu mulai memberi penjelasan singkat kepadaku. Memang benar jika lencana bintang tersebut berfungsi untuk mengetahui kemampuan para petualang, pengecekan itu sendiri dilakukan demi mendapat data petualang dari yang kuat hingga lemah.

Itu sangat berguna bagi guild apabila mereka memiliki permintaan pribadi yang hanya bisa dikerjakan beberapa petualang. Selain itu, terdapat juga sistem rangking yang diurutkan mulai dari Beginner, Amateur, Pro, Expert, Noble, Hero. Meski begitu, hanya untuk mendapat rangking tertinggi membutuhkan perjuangan tiada tara, bahkan belum ada petualang yang mencapai tingkat Hero lagi dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.

***

Aku dan Luna pergi ke hutan Rafurez di sebelah utara kota. Kami memutuskan untuk mengambil permintaan mudah sebagai uji coba pertama, yakni mengumpulkan 15 taring babi yang akan digunakan sebagai bahan baku oleh pandai besi setempat. Meski hadiahnya hanya tiga koin perak, tetapi tak apa. Ini mungkin hanya awal yang sedikit buruk.

"Apa kau tahu di mana lokasi mereka?"

"Tentu saja. Sebenarnya mereka tersebar ke berbagai hutan, tapi di hutan ini menjadi habitat monster tersebut."

Jadi begitu, kita langsung menuju ke habitatnya daripada harus mencari ke berbagai tempat secara acak. Jujur ini adalah perburuan pertamaku secara liar. Sebelumnya mungkin aku hanya memburu para Splitter dan Astal, kuharap aku tidak ragu nantinya. Ha... mana mungkin.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memburu tiga dan kau memburu dua, bagaimana?"

"Aku menolak!"

"Ha? Apa maksudmu? Apa kau kurang puas hanya dengan dua?"

"Bukan itu! Kau tahu... mana ada orang pemilik lencana bintang tujuh meminta bantuan kepada petualang bintang tiga sepertiku. Itu tidak masuk akal."

"Ayolah! Mungkin lencana itu rusak."

"Tidak! Aku hanya akan menonton pertarunganmu, itu saja."

"Huft... lalu bagaimana dengan hadiahnya nanti?"

"Kau bisa ambil semuanya."

Sambil mengucapkan kalimat itu, Luna menjulurkan lidah dan berjalan dua kali lebih cepat. Oi... bukankah ini sedikit keterlaluan, walau aku akan memonopoli uangnya sendiri.

Tidak lama setelah berjalan lebih dalam ke hutan, kami menjumpai empat babi hutan yang gemuk dengan bulu hitam kecokelatan. Terdapat sepasang taring di rahang atas mereka, jika begini, hanya ada delapan taring yang bisa kami kumpulkan. Kami memutuskan untuk bersembunyi di belakang pohon. Ketika aku memerhatikan mereka yang tengah memakan buah-buahan yang berada di atas tanah, aku segera memberi aba-aba untuk menyerang, tetapi Luna hanya diam menonton dan tetap tak ingin ikut.

"Ayolah bantu aku! Tadi katamu ingin mengajariku?"

"Aku tidak mau! Siapa juga yang mau mengajari orang yang pura-pura tidak tahu cara bertarung sepertimu!"

"Hiii... dasar gadis aneh!"

"Laki-laki bodoh!"

"Pendek!"

"Kuhh...."

Dia terdiam sesaat, wajahnya tiba-tiba memerah dengan kedua mata yang telah berkaca-kaca. Firasatku buruk, mungkinkah dia akan menangis? Luna kemudian menghampiriku dan memukul-mukul pelan dadaku.

"Uh, kau jahat! Jahat! Aku ini tidak pendek! Aku hanya kurang tinggi saja!!"

Ha? Bukankah itu artinya sama saja? Aku dengan segera menghentikan tangisannya yang menyusahkan. Jika tidak segera kuakhiri, babi itu nanti bisa pergi karena mendengar suaranya. Dia benar-benar menyusahkanku, jika begini jadinya, aku tidak akan berburu bersamanya.

Setelah itu aku memutuskan untuk sedikit mendekati babi itu. Sekarang aku harus melumpuhkannya atau langsung membunuhnya, ya? Aku mengambil Charlotte dari holster dan mengarahkannya ke salah satu babi tersebut.

"Paralyze bullet!"

Aku menembakkan satu peluru ke setiap babi, walhasil mereka langsung terbaring tanpa gerakan sedikit pun. Sepertinya petualanganku akan sangat mudah dengan bantuan Charlotte dan Alvis, keduanya akan menjadi kunci dari keberhasilanku nantinya. Jika saja mereka berdua manusia, aku ingin menjadikan mereka saudaraku.

Tetapi, meskipun hanya Artificial Intelligence, Alvis dapat memahami masalahku dan membantu menyelesaikannya selayaknya sahabat karib. Walau sangat dekat, dia tetap menganggapku sebagai Master-nya.

Setelah menyusuri hutan dan mendapat semua barang yang dibutuhkan. Kami bergegas kembali ke guild untuk menyerahkan hasil buruan kami, tidak, hanya aku di sini yang berburu. Luna kebanyakan hanya duduk menonton sembari menguap.

"Nona Zaza, ini bahan-bahan yang dibutuhkan."

"Ya, terima kasih atas kerja samanya."

Setelah mbak resepsionis tersebut menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan, selanjutnya ia memberiku tiga keping koin perak.

"Bisa tolong tunjukkan kartu guild Anda, Tuan Kagami?"

"Untuk apa?"

"Aku akan memberi poin ke dalam kartumu, itu sudah menjadi aturan dari guild pusat. Itu berfungsi untuk menaikkan rangkingmu apabila telah mencapai poin tertentu."

"Kurasa itu tidak perlu, nona Zaza. Aku menjadi petualang hanya untuk mencari tambahan uang saja."

Mbak resepsionis itu terkejut, dia berusaha keras untuk membujukku, tapi aku tetap menolaknya. Tujuan ke dunia ini bukan benar-benar untuk mencari kesenangan semata, ya walaupun itu menjadi tujuan keduaku.

"Tapi dengan memiliki rangking tinggi nanti, kau bisa mengambil permintaan yang lebih sulit."

"Ayolah, kau sudah tahu 'kan seperti apa kekuatanku? Terlalu berlebihan jika kau meremehkanku dalam pertarungan."

"Memang benar sih, Anda, memiliki kekuatan yang abnormal. Tetapi itu...."

Dia terdiam dengan sendirinya, entah pikiran apa yang baru saja terlintas di kepalanya. Kurasa itu mengubah cara pandangnya terhadapku dari yang awalnya seorang pendaftar pemula menjadi sesuatu yang hanya dia sendiri dapat tahu jawabannya.

Kami lantas berpamitan dengannya dan langsung keluar begitu saja. Awalnya dia ingin menahanku lagi, tapi ayolah, menyerahlah! Kami segera berlari begitu saja untuk pulang ke penginapan. Tetapi aku masih butuh lebih banyak uang untuk menjelajahi dunia ini.

Kurasa tidak ada pilihan lain. Aku terpaksa harus mengambil permintaan dengan hadiah uang paling besar yang ada di kota ini.


Posting Komentar

0 Komentar