The Irregular Lifeforms Chapter 06 - Dunia yang Berbeda dan Pekerjaan Baru



Aku memerhatikan sekitarku di mana terdapat langit biru berawan yang bergerak pelan dan pepohonan rindang di sebelah kananku, aku menoleh ke kiri dan menjumpai pegunungan es raksasa nan jauh dan padang rumput luas serta sebuah jalan tanah selebar empat meter. Jadi ini adalah dunia yang berbeda, ya?

Ah... apakah ada desa di dekat sini? Sekarang apa? Bagaimana caraku kembali ke duniaku? Bagaimana dengan regu 471? Lalu apa yang akan terjadi kepada divisiku? Apakah aku akan dipecat dari keanggotaan? Aarrrgghhh...!

“Master, tenangkan dirimu! Denyut jantungmu meningkat.”

“Eh? Benarkah? Kalau begitu bantu aku, Alvis! Scan daerah ini dan cari sebuah desa atau semacamnya!”

Ya, apa pun yang terjadi, aku harus bertahan hidup demi menemukan cara kembali ke duniaku.

“Master, ditemukan adanya tanda kehidupan. Dua kilometer ke utara, lima belas derajat ke kiri.”

Aku melihat ke arah Device-ku, di dalam peta hologram itu terdapat banyak orang yang berada dalam sebuah lingkaran berwarna hitam. Hmmm... sebenarnya apa itu? Aku mulai berlari ke arah yang telah kutandai dalam peta.

“Alvis, aktifkan Cast Leap!”

“Baiklah, Master. Menjalankan program sihir, Aktif.”

Lingkaran sihir muncul dari bawah kaki dan membuatku bergerak lebih cepat, itu seperti berlari dengan langkah kaki yang jauh. Setelah beberapa saat, aku melihat dinding abu-abu yang tinggi dan sebuah pintu kayu raksasa. Jadi benda melingkar di peta tadi adalah dinding ini? Tidak terpikirkan.

Langkahku terhenti ketika dua orang berseragam layaknya tentara abad pertengahan mendekatiku. Mereka memakai baju berwarna abu-abu dan armor kulit coklat yang menutupi dada mereka serta celana berwarna coklat tua. Sepatu kulit, sarung tangan kulit... aaa...! Kenapa semua serba kulit? Di zaman apa aku berada saat ini? Bahasa apa yang mereka gunakan nanti? Bagaimana caraku berbicara dengan mereka nanti? Ya tuhan... berikan pertolonganmu!

“Permisi, Tuan. Apakah Anda memiliki kepentingan di kota ini?

Ha? Ha...? Kenapa aku bisa mengerti bahasa mereka? Apa jangan-jangan bahasa kami sama?

“Apa kalian mengerti dengan yang kukatakan sekarang?”

“Tentu, apakah ada masalah?”

“Ah... tidak ada.”

Tidak mungkin! Bahasa kami sama? Tapi tunggu, ada yang aneh di sini. Setelah akhirnya membuat alasan—bisa dibilang penipuan, aku berhasil masuk ke kota ini. Tapi sekarang aku harus apa? Mencari pekerjaankah? Aku menyusuri sebuah jalanan yang ramai dan bising.

“Alvis, apakah ada kemungkinan kami memakai bahasa yang sama? Kalau benar maka....”

“Tidak, Master! Dari analisis yang kulakukan, bahasa mereka berbeda dengan milik kita, terlebih bahasa mereka juga tidak terdapat dalam indeks bahasa kita.”

Ternyata ini benar-benar di luar perkiraanku. Lalu apa yang menyebabkan kami bisa saling berkomunikasi secara langsung?

“Apa kau tahu penyebabnya, Alvis?”

“Kemungkinan, yang paling masuk akal dalam dunia sihir adalah penggunaan sihir kuno Universal Language dalam skala tertentu.”

Aku sempat mendengar rumor adanya sihir kuno yang akan direalisasikan ke dalam bentuk sihir modern, dan itu adalah Universal Language. Sihir itu dapat membuat penggunanya berbicara dengan orang asing meski memakai bahasanya masing-masing. Dan jika itu berhasil direalisasikan, maka namanya akan berubah menjadi Translator.

Tapi usulan tersebut ditentang oleh banyak negara dengan alasan kekhawatiran mereka akan kebocoran arsip rahasia negara. Ya, memang masuk akal sih.

Aku menemukan selebaran kertas yang tidak sengaja terinjak. Kupungut dan mencoba untuk membacanya. Ah, ini berbeda dengan yang kuharapkan. Aku tidak dapat membaca satu huruf pun.

Di sini, aku hanya bermodalkan bicara saja, membaca atau menulis tidak dapat kulakukan dalam bahasa mereka. Sial! Apakah ini salah satu kekurangan sihir Universal Language?

Sekarang, setidaknya aku harus mencari pekerjaan dan tempat tinggal. Aku tidak ingin menjadi gelandangan yang hanya mondar-mandir tidak jelas.

Huft... aku melewati banyak jalan dan berharap ada sesuatu yang dapat menarik minatku selain menjadi pedagang. Aku berkeliling cukup lama dari jalanan paling ramai hingga paling sepi di kota ini—Parriot, begitulah penjaga tadi menyebutkan namanya.

Tidak beberapa lama kemudian, aku mendengar suara gaduh di salah satu gang kecil di depanku. Mungkin aku bisa sedikit mengintipnya, hehehe. Di gang buntu, terdapat dua laki-laki berpakaian biasa ala rakyat jelata dan juga seorang gadis muda berusia sekitar 15-16 tahun. Rambutnya berwarna coklat terang dengan diikat gaya ekor kuda. Sial! Aku tidak dapat mendengar mereka!

“Hai, nona. Ayolah, cepat berikan semua uangmu! Kau pastinya tidak ingin terluka ‘kan?”

Ungkap salah satu dari mereka yang memiliki kepala botak mengkilap. Gadis itu gemetar ketakutan, dia memakai kaos hijau bergaris dan celana pendek coklat yang sedikit tertutup celemek putih sepinggang. Dan... whoa! Dadanya besar! Tidak! Itu hanya membuatku mengalihkan perhatian saja. Fokus! Fokus!

“Sudah kubilang! Aku hanya memiliki empat keping koin perak!”

Hmmm... ternyata perampokan, mungkin aku bisa merampok dua laki-laki itu. Ya, sedikit kasar itu tidak apa ‘kan? Aku mulai mendekat perlahan dari belakang.

“Ya, abang yang di situ! Kalian terlihat sangat kuat, tapi sayang, kalian hanya berani mengancam seorang gadis kecil sepertinya.”

Mereka lalu menoleh ke arahku yang telah mengetahui perbuatan tercela itu. Keduanya memerhatikan dari bawah hingga atas.

“Huh? Siapa kau? Dan pakaian aneh macam apa itu?”

“Apakah kau salah satu dari penjaga? Sepertinya tidak, lebih baik kau pergi saja, Nak!”

Aku sedikit menyeringai. ‘Nak'? Aku ini sudah 17 tahun, dasar laki-laki tidak berguna! Lantas aku berlari ke arah mereka. Aku mengayunkan kakiku dan menendang si botak hingga menghantam dinding dengan keras.

Tiba-tiba sebuah pukulan meluncur ke arahku dari belakang, aku berbalik dan menangkisnya dengan tangan kiri, kurendahkan tubuhku dan memukul perutnya, kemudian meluncurkan pukulan keras ke atas, tepat di dagunya.

Laki-laki tersebut bergerak sempoyongan sambil menahan rasa sakit, lantas tanpa ragu aku menendang kepalanya hingga tersungkur ke tanah.

“Ya, sepertinya aku terlalu berlebihan....”

Aku berbalik dan berjalan mendekati pria botak yang kini telah pingsan, memeriksa pakaiannya dan berharap mendapat barang bagus.

“Anu, permisi.”

Ha? Oh, ya! Aku hampir saja melupakan hawa keberadaan gadis itu. Apakah dia baik-baik saja?

“Apa yang akan kau lakukan kepada orang itu?”

“Eh? Hmmm... aku ini pendatang baru di dunia—maksudku di kota ini. Mungkin aku bisa mendapat sedikit hadiah dari mereka.”

Aku memaksakan diriku untuk tersenyum kepadanya agar dia tidak menaruh curiga padaku, atau mungkin dia malah curiga kepadaku.

“Jika begitu, kau tidak ada bedanya dengan mereka.”

Ugh! Sudah kuduga dia akan berpikiran seperti itu.

“Kau benar, nona. Hidup itu kejam, tapi aku harus bertahan hidup, aku bahkan tidak tahu harus tinggal di mana malam ini.”

Gadis tersebut mendekat dengan wajah sedikit ketakutan, kedua tangannya yang gemetaran saling menyatu di depan dadanya.

“Kalau begitu, ikutlah aku! Mungkin ayahku dapat membantumu.”

Whoa... ini seperti di dalam anime yang kutonton. Di mana sang karakter utama menolong gadis muda dan kemudian mereka saling jatuh cinta. Tidak! Tidak! Tidak! Ini bukan saatnya aku memikirkan hal itu. Cih... andai saja sejak awal aku terlahir di dunia ini. Ya, aku akan menganggap hal ini sebagai balas budinya karena telah kuselamatkan.

***

Aku sekarang berada di penginapan yang bernama Nouvo Inn. Sedikit aneh ditelingaku saat pertama kali mendengarnya. Sekarang apa? Seorang pria tua berlutut di depanku sambil menyentuh kakiku, itu sedikit memalukan ketika ada banyak pelanggan lain yang melihat ke arah kami. Ha... aku terlihat seperti lintah darat yang sedang menagih utang, bukan?

“Aku sangat berterima kasih kepadamu, Nak. Jika bukan karena kemurahan hatimu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada anakku.”

Ah... pria berusia sekitar 40 tahun dengan rambut hitam beruban itu kemudian bangun dan menjabat tanganku dengan antusias.

“Tidak apa, paman. Tidak perlu sungkan begitu.”

“Oh, iya. Aku dengar kau adalah pendatang baru di kota ini ‘kan? Luna juga bilang kepadaku bahwa kau membutuhkan tempat tinggal.”

“Itu benar, paman. Tapi aku harus segera mencari uang, agar dapat bertahan hidup di dunia—maksudku di kota ini.”

“Ah! Bagaimana jika kau bekerja di penginapan ini untuk sementara waktu? Tapi kau tidak perlu menjadi pegawai tetap, jika kau mendapat pekerjaan yang lebih baik, kau bisa memilihnya.”

“I-iya, paman. Terima kasih atas tawarannya.”

Aku menoleh ke arah gadis yang telah membawaku kemari. Dia tersenyum manis dan lebih terlihat tenang dari sebelumnya saat kami pertama bertemu. Dalam waktu singkat, dia segera mengajakku ke meja resepsionis dan mengajariku beberapa hal mengenai penginap ini. Oh, penginapan ini terdapat di lantai dua, sedangkan di lantai satu digunakan sebagai kedai.

Hal yang kupelajari darinya terbilang mudah untuk masuk ke kepalaku, dia terlihat lebih tua, mungkinkah? Menurutku dia lebih cocok sebagai kakak perempuanku.
Ya, tidak apalah bekerja di tempat seperti ini. Aku akan memulainya dari awal lagi, dan memikirkan bagaimana caranya untuk kembali ke duniaku. Sebaiknya aku lakukan secara perlahan tanpa terburu-buru.


Posting Komentar

0 Komentar