The Irregular Lifeforms Chapter 10 - Akhir dari Hari yang Melelahkan


Pertarungan adalah suatu hiburan sejati bagi mereka yang menikmatinya. Banyak film-film yang menampilkan tokoh utama bertarung dengan musuh utama, mereka terkadang akan saling terhibur dengan serangan masing-masing. 

Namun, sehebat apa pun pertarungan yang terjadi, sesuatu yang selalu dinantikan tetaplah sebuah kemenangan dari masing-masing pihak. Di sinilah masa mudaku berada. Jika aku diberi kesempatan untuk bertarung, aku lebih memilih menikmatinya terlebih dahulu dari pada langsung mengalahkannya. Tetapi pada suatu keadaan, kemenangan lebih penting dari pada kesenangan pribadi. 

Setelah menyelamatkan ibu Airi dari tempat penyekapan, kami bergegas keluar dari bangunan tua ini. Hal paling mengejutkan yang aku tahu saat berkenalan dengan wanita itu adalah ketika dia memperkenalkan dirinya sebagai satu-satunya istri dari pemimpin kota Parriot, Baron Azla. Dengan begitu, Airi adalah anak dari Baron, dan berpotensi meneruskan kepemimpinan ayahnya. 

Setelah keluar dari bangunan itu, langkah kami terhenti saat itu juga setelah melihat tiga orang laki-laki berdiri di hadapan kami. Aku rasa umur mereka sekitar 25 tahun atau lebih. Ketiganya menatap ke sini dengan wajah penuh keangkuhan, seakan Dewi Fortuna telah bersandar di bahu mereka. 

“Nyonya Azla, Airi, berlindunglah di belakangku!” 

“Baiklah.” 

“I-iya.” 

Salah satu dari mereka maju beberapa langkah sembari mengulurkan tangan kanannya. 

“Berikan wanita dan gadis itu, dan kau bebas pergi tanpa terluka!” 

“Aku menolak!” 

“Kuhh!!” 

Laki-laki itu lantas memejamkan matanya, setelah itu lingkaran formasi sihir berwarna merah muncul di depan tangannya yang telah terbuka ke arahku. Jika dia berniat menyerangku, pastinya dia akan berpikir dengan keselamatan dua orang di belakangku ini. 

“Maaf jika kami harus melenyapkanmu dan merebut kembali dua orang itu dengan kasar.” 

Begitu, ya? Dia bukan tipe laki-laki yang banyak bicara dan langsung menuju pada intinya. 

“Menangislah dalam kobaran hukum yang membara. Flame Burst!” 

Meskipun begitu, dia terlalu lama dalam merapal mantra. Jika dia berada di duniaku, dalam waktu kurang dari dua detik, dia akan berada di dalam perut Astal. 

Kobaran api yang membentuk tornado bergerak secara horizontal ke arahku. Tapi dalam kecepatan merapal mantra, itu akan kalah telak dengan sihir modern. Aku mengangkat tangan kananku ke depan. 

Over Shield!” 

Dinding pelindung transparan besar dengan sedikit warna hijau yang samar terlihat muncul tepat di hadapanku. Dengan mudah serangan laki-laki itu aku tahan, kurasa dia tidak benar-benar berniat menyerang. 

“Hehe, ke mana matamu mengarah?” 

Seorang laki-laki bergerak secara mengejutkan, dia berada di sisi kiriku dengan cepat sambil bersiap mengayunkan tangan kanannya yang telah terlapisi sarung tangan batu. Lebih mirip seperti tangan Golem. 

Aku mengangkat tangan kiri ke arahnya dan menggunakan Shield sebagai pelindung. Kemudian aku mengaktifkan sihir Over Boost dan menghantamnya sekuat mungkin. Seketika itu juga tubuhnya menabrak dinding sebuah rumah hingga berlubang. 

Ya, aku harus minta maaf atas kerusakan yang sedikit berlebihan. 

Sihir api yang menyerangku telah berhenti, saat itu juga aku dapat menonaktifkan Over Shield. Pola serangan itu dapat mudah kubaca. Orang pertama menyerang dalam skala besar dan orang kedua menyerang setelahnya, bisa dibilang, serangan pertama hanya umpan saja. 

“Kau hebat juga ternyata. Kenapa orang seperti tidak direkrut ke dalam kelompok kami saja? Huh....” 

Orang ketiga yang berada di samping laki-laki itu hanya diam dan mengamati. Ah, ayolah, apakah tidak bisa lebih seru dari ini? Jika tidak, aku akan mengakhirinya saja. 

“Apakah sudah selesai? Bagaimana kelanjutan pertarungan ini?” 

“Bagaimana ya? Sebenarnya aku langsung malas bertarung jika rencana pertama kami langsung gagal. Tapi, ya, Vir, laporkan situasi pada bos!” 

“Aku mengerti.” 

Orang ketiga itu mencoba lari. Jika aku harus mengejarnya, bisa-bisa kedua orang ini akan mendapatkan Airi dan ibunya. Ya, memang harus selesai di sini, ya? Menyebalkan. Mereka lebih lemah dari para remaja di negaraku. 

“Maaf, aku mulai bosan bermain denganmu.” 

“Kalau begitu, tunjukkan saja semua kemampuanmu!” 

Kami berdua saling mengangkat tangan ke depan. Lingkaran formasi sihir merah muncul bersamaan. Hanya saja, milikku lebih besar dengan simbol kepala naga di tengahnya. 

“Menarilah dalam lingkaran api neraka, hukum para manusia yang tidak taat pada perintahku. Hell Flame!” 

Meister, aktif.” 

Ledakan Mana dalam jumlah besar keluar dari tubuhku hingga mampu digunakan untuk menahan serangan api dari laki-laki itu. Kobaran itu melahap seluruh tubuhku dan banyak bangunan di kedua sisiku, tapi tidak dapat menjangkau hingga ke belakang. Ketika kobaran itu menghilang, wajah terkejut nampak jelas muncul dari laki-laki tersebut. 

“Anugerah, Perwujudan Dewa? Tidak mungkin! Satu dari seribu manusia yang terpilih. Itu tidak mungkin! Tidak mungkin!” 

Wajah angkuh serta penuh percaya dirinya lenyap seketika. Dia benar-benar berbeda dari sebelumnya, kulihat di sedikit berjalan mundur dengan kaki gemetaran. Sekarang adalah giliranku. 

“Wahai api, datanglah sebagai bencana dan lenyapkan lawan di hadapanmu. Grand Inferno!” 

“Sialan!!” 

Tidak ada waktu untuk menghindar, Grand Inferno memiliki kecepatan Activation After yang melebihi sihir modern. Saat mantra terakhirnya selesai dirapal, serangannya langsung muncul dengan kecepatan sekitar 250 Km/jam dengan suhu maksimum 3000 derajat Celsius. 

Hmmm, sekali lagi aku mengaktifkan sihir skala bencana hanya untuk melawan manusia. Bukankah ini terlalu berlebihan? 

“Alvis, di mana orang ketiga tadi?” 

“Dia berada 20,4 derajat dari selatan, jarak mencapai 780 meter. Apa yang harus saya lakukan, Master?” 

“Tandai dia, lalu aktifkan sihir perantara!” 

“Baiklah.” 

Dari peta 3D tersebut, titik hijau itu berubah menjadi merah. Aku mengarahkan tangan kananku ke langit, di mana arah laki-laki itu juga berada. 

“Wahai petir, datanglah sebagai bencana dan berikan hukuman dari langit. Grand Chariot!” 

Awan hitam berkumpul dengan cepat, petir berwarna kuning menyambar-nyambar di langit, tepat di atas laki-laki itu seharusnya berada. Kemudian tiba-tiba terlihat tujuh sambaran petir berbentuk ular naga yang menyambar ke tanah secara bersamaan. Ledakan besar membumbungkan asap bagai bekas ledakan bom atom, tapi dengan jarak dampak lebih kecil. 

“Baiklah, semuanya selesai, kini tinggal satu masalah.”

***

Aku menangkap laki-laki yang sebelumnya pingsan setelah mendapat serangan sihir dariku, setelah mengeluarkannya dari runtuhan dinding yang roboh, aku mengikatnya dengan tali dan mencari alasan dari penculikan itu. 

Dari informasi yang kami dapat. Mereka adalah kelompok bandit bayaran yang di sewa oleh Viscount Barre dari kota Rifflet yang terletak sedikit jauh di sebelah timur kota Parriot. Nyonya Azla menceritakan sedikit fakta mengenai perebutan wilayah yang sudah lama terjadi antara pemimpin kedua kota tersebut 10 tahun silam. Hanya saja hal tersebut tidak sampai ke telinga sang Raja dari kerajaan ini. 

Para pemimpin yang sombong dan penuh akan kekuasaan berpotensi untuk merebut wilayah kekuasaan dari kota lain. Aku rasa selama tidak memiliki dampak berlebihan pada ibukota, raja tidak terlalu memikirkannya. Syukurlah kebanyakan pemimpin dari setiap kota lebih memilih berdamai dan hidup tenang di wilayah masing-masing. 

“Nyonya Azla, Airi, sudah waktunya kita kembali, hari akan segera menjelang sore.” 

“Baiklah, anak muda.” 

Aku mengejutkan Airi dan ibunya saat masih melamun. Mereka masih sedikit syok ketika mengetahui dua hal langka, pertama tentang perebutan wilayah yang kembali dimulai, dan kedua mengenai sihir tingkat tinggi yang kumiliki, Meister

Kami lantas kembali melanjutkan perjalanan dan meninggalkan laki-laki tadi dengan keadaan terikat di tiang, hanya saja posisinya terbalik. Itu cukup untuk menjahilinya. Perjalanan menuju kota sedikit jauh karena harus melalui hutan, di sisi lain terdapat jalanan utama yang biasa digunakan oleh para pedagang antar kota. Maka dari itu, kami memilih melalui jalan tersebut dengan dalih mendapat tumpangan dari pedagang yang tak sengaja melintas. 

Beruntunglah, ketika sampai di jalan utama, kami berpapasan dengan dua buah kereta pedagang yang mengangkut beberapa manusia. Kereta pertama itu memiliki sebuah penutup di atasnya, sedangkan yang kedua terlihat terbuka, hanya seperti gerobak yang ditarik kuda. Ketika memperkenalkan diri kami, pria berumur sekitar 40 tahun itu amat sangat terkejut. Dia tidak mengira dapat bertemu istri seorang Baron di tempat seperti ini. 

Setelah menceritakan beberapa kejadian masalah yang kami lalui beberapa saat lalu, pria itu dengan senang hati ingin menolong. Hanya saja, karena kereta pertama telah penuh, pria itu meminta maaf kepadaku atas pelecehan yang dia lakukan. Menurutnya, seseorang yang telah berjasa memberi pertolongan penuh kepada bangsawan patut dihargai selayaknya pahlawan, meski aku tidak meminta lebih. Aku sudah cukup puas bila mendapat tumpangan. 

Aku menaiki kereta terbuka itu, duduk di bagian paling belakang. Kulihat banyak orang-orang dengan baju lusuh dan compang-camping, seperti yang pria itu katakan sebelumnya. Dia adalah seorang pedagang budak. 

Cukup mengejutkan, hal seperti dapat kutemui di dunia yang lumayan sempurna ini. Ya, aku rasa ini sisi gelap dari dunia ini. 

Apa yang dapat kulakukan hanya diam di belakang sembari menunggu keretanya sampai di kota Parriot. Tapi, di sisi lain, seorang gadis kucing menatapku, dia memiliki perawakan selayaknya anak kecil berusia 10 tahun, dengan rambut perak sebahu dan sepasang mata Heterochromia iridish berwarna biru dan hijau. 

“Apakah tuan benar-benar seorang penyelamat para bangsawan?” 

Hmm, jika dibilang penyelamat para bangsawan, itu tidak benar. Aku kebetulan menyelamatkan Nyonya Alza karena ditipu oleh Airi untuk berburu harta. 

“Ya, sebenarnya tidak. Tapi kau boleh menganggapnya begitu.” 

“Maaf jika saya tidak sopan. Bertanya kepada seorang penyelamat bangsawan.” 

“Tidak apa, aku tidak merasa terganggu.” 

“Heh?” 

Wajah sedikit terkejut. Apakah aku mengucapkan sesuatu yang salah? Aku rasa tidak. 

Beberapa menit kemudian, ketika hendak mendekati wilayah kota Parriot, aku menemui kejadian cukup asing bagi diriku sendiri. Tidak terlalu jauh dari jalanan utama, aku melihat beberapa prajurit sedang bertarung dengan kawanan serigala bertaring. Para prajurit itu jelas kalah jumlah, tapi kekuatan mereka dapat dikatakan menang telak. 

Entah apa yang terjadi, pikiran nakal masuk ke otakku. Aku mengeluarkan Sniper Rifle dari Inventory dan mencoba menembak para serigala itu. Aku menargetkan para serigala yang hendak dibunuh oleh para prajut, seketika mereka terkejut, tapi mereka tidak tahu dari mana arah serangan yang mengambil mangsa mereka itu. 

Hahaha, ketika mereka menoleh ke arah kereta ini, aku sempat melambaikan tangan, dan anehnya mereka pun melakukan hal yang sama tanpa curiga. 

“Tuan? Sihir apa itu tadi?” 

“Oh, tadi adalah senapan sihir jarak jauh. Ya, mudahnya itu adalah senjata sihir yang dapat menyerang lawan dari kejauhan.” 

“Hebat, aku tidak menyangka ada alat seperti itu.” 

Aku hanya dapat sedikit bangga ketika mendapat pujian. Ya, walau hanya datang dari bibir anak kecil, tapi kekaguman mereka itu tulus. 

“Apa kau tertarik dengan sihir?” 

“Nn, bukan hanya dengan sihir, aku juga tertarik dengan pertempuran, seperti yang dilakukan orang-orang tadi.” 

“Whoa, kau ternyata cukup bernyali, ya?” 

“Benarkah?” 

Kami mulai akrab satu sama lain. Sayangnya, waktu pertemuan itu hanya sesaat. Setelah sampai di depan gerbang masuk, aku turun dan meminta izin kepada Nyonya Azla dan Airi untuk pulang lebih dulu karena jaraknya dengan penginapan Nouvo cukup dekat. Saat aku hendak meninggalkan kereta itu, gadis kucing tersebut terlihat murung sembari melihatku. Sepasangnya telinganya menutup dengan raut wajah sedih. Melihatnya, aku menjadi tidak tega. 

“Ada apa, tuan Pahlawan? Kau tertarik dengan anak itu? Sayangnya dia tidak dapat melakukan banyak hal berat, jadi mungkin tidak terlalu berguna.” 

“Tidak, aku baru saja terpikir sesuatu. Bagaimana jika dia menjadi ahli sihir yang hebat?” 

“Hmm, Anda pasti bercanda, ‘kan?” 

“Apakah untuk mendapatkannya, aku harus membelinya?” 

“Begitulah syaratnya. Tenang saja, untuk seorang pahlawan sepertimu, aku akan memberi harga tiga keping koin tembaga.” 

He? Bahkan bagiku itu terlalu murah untuk nyawa seorang gadis cantik sepertinya. Lantas aku mengambil batu di tanah dan menggenggamnya dengan kedua tanganku. 

“Atas perintahku, jadilah seperti apa yang kuinginkan.” 

Sihir ini adalah sihir umum dari alkimia. Selain mampu mengubah segala macam benda menjadi senjata, aku mampu mengubah molekul benda padat lainnya menjadi emas, dan dengan sedikit sentuhan sihir modern. Aku menciptakan satu keping koin emas dengan lambang kepala singa. 

Aku memberikannya kepada pria itu, dan ternyata pria itu terkejut, bukan hanya dia, bahkan Airi dan ibunya pun sama saja. 

“Sihir pencipta uang!” 

“Sihir cepat kaya!” 

Begitulah reaksi kedua wanita itu. Pria tersebut memanggil gadis kucing tadi, dan setelah mengurus beberapa hal masalah kepemilikan, gadis kucing itu resmi menjadi budakku. Tapi dari pada menjadi budak, aku lebih senang menganggapnya sebagai adik perempuanku. 

“Terima kasih atas kemurahan hatinya, Master.” 

“Nn, mulai sekarang tolong kerja samanya ya, Lily?” 

“Wah! Nama baru! Nama baru!” 

Yah, aku memilihnya karena dia begitu menarik dengan kedua mata Heterochromia miliknya. Benar-benar mengesankan. Hanya saja, semoga Luna tidak menganggapku paedofil ketika sampai di penginapan nanti, karena itu adalah kesalahan besar.


Posting Komentar

0 Komentar