The Irregular Lifeforms Ekstra Chapter 02



Unit 1 Divisi Pemusnahan Massal yang sementara dikomandoi oleh Ardi, kini menuju ke lokasi bersama dengan Albert. Demi mengungkap hilangnya komandan mereka, Unit 1 akan melakukan investigasi lebih lanjut.

Setelah turun dari mobil, mereka mengamati sebuah bangunan biasa yang menjadi awal hilangnya Kagami. "Jadi ini lokasinya ...," gumam Ardi. Mereka lalu memasuki tempat itu dan memulai investigasi.

"Ketika sampai di lantai bawah nanti tolong jangan kaget, ya."

"Memangnya kenapa, Albert-san?"

Tempat itu rusak parah dan dipenuhi bekas kebakaran hebat. Sebelum gerbang tertutup, Kagami sempat menyerang Bloater dengan sihir tingkat tiga.

Sesampainya di tempat, mereka keluar dari lift dan menjumpai lorong berdarah. Itu adalah lorong yang dilewati Kagami dan Albert sebelumnya sambil melawan beberapa mayat hidup. Bercak darah membekas di dinding dan akan sulit dihilangkan.

"Kak Ardi, aneh jika para peneliti bisa terbunuh dengan adanya Horde secara tiba-tiba," kata Bagas. "Itu benar, mereka pasti dipindah dari suatu tempat secara tiba-tiba menggunakan sihir ruang seperti milikmu," kata Sita menambahi."

"Kita juga belum tahu, maka dari itu tugas kita untuk menyelidiki," jelas Ardi.

"Baiklah, Kak," ucap Bagas dan Sita bersamaan.

Semakin melangkah jauh ke dalam lorong, mereka semakin menjumpai banyak bercak darah di dinding. Albert yang menjadi pemandu hanya terdiam dan tak memberi penjelasan apapun.

Tidak lama berjalan, terdapat sebuah pintu besi raksasa yang telah rusak dengan posisi terbuka. Mereka tidak perlu repot-repot lagi untuk masuk. Dan setelah memasuki ruangan terakhir, yang ada di hadapan mereka adalah sebuah kecelakaan.

"Inilah maksudku."

"Ini ...."

Ardi, Bagas, dan Sita melihat ke sekeliling. Banyak benda dan peralatan peneliti yang hangus terbakar dan meleleh. Mereka tahu betul bahwa ruangan yang setengah hangus ini baru saja menjadi arena pertempuran.

"Tidak salah lagi, ini pasti sihir kuno Grand Inferno milik Kak Leon."

"Kamu benar, Kak. Sihir Grand tingkat menengah atribut api mampu menghanguskan sebuah ruangan besar dengan mudah."

"Dan dilihat dari bekas kebakaran ini, arah sihir itu berasal dari itu."

Ardi menunjuk ke arah portal yang hangus dan meninggalkan bercak kehitaman. Ruangan itu hangus dengan bekas yang membentuk sebuah sudut tumpul yang berpusat di portal dimensi. Dia lalu mendekati mesin yang mengoperasikan portal tersebut.

"Aku akan melihat ke masa lalu untuk menyelidiki sedikit kerusuhan di sini, tidak apa 'kan, Albert-san?"

"Tentu, tidak masalah."

Sebagai seorang manusia Astal. Wajar jika Ardi memiliki indera keenam dan mampu melihat ke masa lalu. Sembari membiarkan Ardi fokus pada penglihatan masa lalunya. Sita maju mendekati portal dimensi.

"Aku akan memperbaiki peralatan yang rusak dengan sihir penyembuhanku. Tetapi, aku tidak bisa memperbaiki peralatan yang hancur karena terkena sihir Grand Inferno Kak Leon."

"Kenapa begitu?"

"Karena ... sihir Grand milik Kak Leon itu mengandung kutukan Astal yang kuat. Tidak ada manusia yang bisa hidup setelah sedikit saja tergores efek dari sihir Grand miliknya."

"Yah, wajar ... dia adalah manusia Astal yang diistimewakan oleh militer kalian."

Sita menutup matanya dan berkonsentrasi. Kemudian, rambutnya berubah putih keperakan. Cahaya emas kecil beterbangan di udara dan menyatu membentuk sepasang sayap yang menempel di punggungnya.

Gadis tersebut membuka kelopak matanya dan memperlihatkan pupil merah yang tajam seperti Kagami. Dia mengangkat kedua tangannya lebar-lebar disertai lingkaran sihir hijau yang muncul dari bawah kakinya.

"Back Up."

Sita menyebutkan nama sihir modern miliknya. Lingkaran sihir itu menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Peralatan yang hancur karena hantaman fisik langsung kembali pulih seperti semula seakan tidak mengalami kerusakan apapun.

Lantai yang retak dan hancur menjadi rata lagi seperti baru. Noda darah yang ada pun menghilang seketika. Tetapi seperti yang dia bilang sebelumnya, bagian yang hangus akibat Grand Inferno tidak bisa kembali pulih. Sita membatalkan mode Meister-nya dan kembali ke samping Bagas.

"Lu-Luar biasa ... inikah kekuatan sihir milik Malaikat Penyembuh yang terkenal itu?"

Albert terkagum melihat sihir Sita yang bahkan mampu memperbaiki mesin dan fondasi rusak yang lainnya. "Terima kasih," jawabnya lembut disertai senyuman manis.

Ardi membuka matanya setelah sejak tadi berkonsentrasi melihat masa lalu. Dia berjalan ke salah satu mesin yang dulunya sempat dihancurkan Bloater.

"Wow, kamu perhatian sekali, Sita," kata Ardi memujinya setelah memperbaiki ruangan itu.

"Aku tahu bahwa Kak Ardi akan mencari Kak Leon, karena itulah aku juga ingin mencarinya."

Dia tersenyum sembari tersipu malu. Tetapi, jelas sekali niatnya begitu baik untuk mencari Kagami.

Ardi mengoperasikan komputer dan mencari data yang ada pada portal dimensi. Setelah melakukan banyak peretasan, dia meninggalkan tempat itu dan berkumpul kembali bersama Bagas dan Sita.

"Baiklah, aku sudah mendapat semua data dan koordinat dimensi. Kita akan mencoba berangkat sekarang, apakah kalian siap?"

"Siap!" seru Bagas dan Sita bersama.

Albert menahan lengan Ardi. "Bukankah ini sudah berada di luar misi kalian?" tanyanya. "Benar. Tetapi aku tidak akan membiarkan Kak Leon berada di sana begitu saja. Kami harus segera bertemu kembali atau hal buruk bisa terjadi," kata Ardi.

"Hal buruk? Apa itu?"

"Sebagai manusia Astal, kami memiliki ikatan yang akan melindungi satu sama lain. Dan, apabila seorang manusia Astal hidup sendiri tanpa ada rekan lainnya, dia mudah berevolusi menjadi High Astal, atau bisa disebut kandidat Astal King. Jika Kak Leon tidak bisa mengontrol kekuatannya, dia akan menjadi Astal King yang jahat."

"Astal King?"

"Ya, Anda pasti tahu tentang Astal Queen yang kabur dari laboratorium Jepang, 'kan? Mustahil untuk orang setingkat Anda tidak mengetahuinya."

"Aku memang pernah mendengarnya ...."

"Kalau begitu, kami akan berangkat sekarang."

"Jaga diri kalian baik-baik."

"Baiklah, terima kasih atas bantuan Anda, Albert-san."

Ardi mengoperasikan Device miliknya dan memasukkan koordinat dimensi. "Valis, tetapkan koordinatnya dan optimalkan pencarian."

"Dimengerti. Mulai memindai koordinat dimensi. Selesai. Menetapkan koordinat dimensi. Membuka kunci dimensi. Selesai. Mulai membuka dimensi."

Sebuah portal berbentuk lingkaran putih besar muncul di depan Ardi. Embusan angin yang kuat menerpa hingga membuat mereka harus bertahan. Tiba-tiba pemandangan hutan muncul dari lingkaran portal tersebut.

"Semuanya bersiap!"

Saat itulah, tiba-tiba Ardi, Bagas, dan Sita masuk ke mode Meister secara otomatis.

"Apa-apaan jumlah Mana ini? Mungkinkah dunia yang kami tuju memiliki kapasitas Mana yang besar?"

Mereka bertiga melangkahkan kaki memasuki portal dimensi. Sekejap ruangan yang sebelumnya mereka lihat berubah menjadi pemandangan hutan. Banyak pepohonan yang megelilingi mereka dari depan, dan di belakang mereka adalah padang rumput luas.

"Dunia ini ... mungkinkah Kak Leon ada di sini?" kata Sita bertanya.

"Kemungkinan besar seperti itu. Kalau begitu, kita harus cepat mencarinya."

Saat mereka hendak bergerak. Sesorang muncul secara ajaib dan menahan pergerakan mereka. Dia adalah seorang pria tua berambut putih dengan janggut putih yang panjang. Pakaiannya serba putih seperti sosok yang memiliki pengetahuan luas.

"Tidak aku sangka akan ada penyusup yang datang ke dunia ini."

"Siapa kau?"

"Aku? Aku adalah Dewa dari dunia ini. Aku tidak akan membiarkan kalian mengambil orang yang sudah aku utus untuk menyalamatkan dunia ini."

"Orang yang kau utus?"

"Bukankah kalian sedang mencari Leonhart?"

Ketiganya langsung bereaksi ketika pria tua itu menyebut nama yang begitu familiar di telinga mereka.

"Di mana Kak Leon?"

Sita langsung maju ke topik inti tersebut. Ardi berdiri di samping Sita dan bersiap dengan pistol yang dia ambil dari Device.

"Dia sedang berada di suatu tempat dengan urusan yang sangat penting. Jika kalian ingin melihatnya, ikut saja aku."

"Apa?"

"Sita, jangan langsung mempercayainya."

"Tetapi, Kak ...."

"Tenanglah dahulu, wahai manusia Astal. Kita memiliki pembicaraan yang sangat panjang."

Pria tua itu menjentikkan jarinya. Seketika cahaya ungu menyelimuti tubuh ketiganya dan membuat mereka tidak bisa bergerak. Itu adalah hal yang sama seperti yang dia lakukan ketika Kagami hendak menyerangnya saat pertama bertemu.


Posting Komentar

0 Komentar