Hari telah menjelang sore. Setelah kejadian langka yang tak dapat diduga sama sekali oleh Kagami, mereka bertiga kini melanjutkan perjalanan pulang ke penginapan. Ekspresi setiap orang pun berbeda-beda setelah keluar dari labirin.
Lily berjalan dengan riang gembira, tersenyum dan tertawa kecil. Schana memperlihatkan ekspresi yang sama sembari memeluk lengan kiri kekasihnya tersebut. Sedangkan Kagami ... dialah orang yang saat ini memiliki ekspresi paling cocok seperti petualang yang baru saja keluar dari malapetaka.
Ketika dua orang di sampingnya berjalan penuh canda dan tawa, hanya Kagami saja satu-satunya yang seakan membawa beban berat.
“Hei! Hei! Master? Kenapa nona Schana selalu memeluk tanganmu? Apakah dia sedang ketakutan? Apakah dia kedinginan?”
Gadis kecil tersebut bertanya dengan nada manis. Mendengarnya bertanya, Kagami tak tega untuk mengabaikannya.
“Tentu saja karena aku adalah istri—humch!”
“Dia hanya bertingkah manja sepertimu, Lily.”
Kagami dengan segera membungkam mulut Schana dengan tangannya sendiri.
“Ow, benarkah? Enaknya ... aku juga mau!”
Kagami hanya dapat tersenyum kecut untuk menanggapinya. Schana tiba-tiba memeluk Kagami lebih erat dan berbisik pelan.
“Hmm, kenapa kau membuat alasan seperti itu?”
“Aku tidak ingin kau menjelaskan hal yang sama dua kali.”
“Hal yang sama dua kali?”
“Nanti kau juga akan mengerti.”
Schana lantas melepas pelukannya dan mengulurkan tangannya yang terbuka lebar kepada Lily.
“Lily! Kalau kau juga ingin dimanja, kemarilah! Aku akan menggendongmu!”
“Yeay ...!”
Lily melompat begitu saja tanpa rasa canggung. Justru kali ini malahan Kagami yang terlihat sedikit canggung.
“Hei, Lily! Kalau kau mau, kau bisa memanggilku mama, bagaimana?”
“Benarkah? Benarkah? Aku boleh memanggil Anda seperti itu?”
“Tentu saja! Tetapi dengan syarat, kau juga harus memanggil Kagami dengan sebutan papa!”
“Hmm, apakah itu boleh? Aku ini ‘kan budaknya.”
“Kenapa tidak? Aku yang menyuruhmu melakukannya, Lily, benar ‘kan, Darling?”
Tatapan tajam Schana langsung menusuk Kagami, laki-laki itu dengan segera menganggukkan kepalanya berkali-kali.
“Y-ya, lakukan sesukamu saja, hahaha ....”
Kagami tertawa kering, sedangkan kedua perempuan itu saling tertawa cekikikan, melupakan formalitas masing-masing dan membaur dengan cepat. Sekali lagi, hanya Kagami yang seakan tidak mengetahui alur skenarionya.
***
Sebelum kembali ke penginapan, Kagami dan lainnya singgah terlebih dahulu ke guild petualang. Tatapan aneh setiap orang selalu tertuju kepada mereka sejak awal memasuki kota Parriot.
Kagami membuka pintu guild dan masuk begitu saja. Tempat itu begitu ramai oleh para petualang yang tengah beristirahat dan saling berbagi informasi. Dia merasa diperhatikan oleh banyak pasang mata. Kagami dengan segera bergegas menemui resepsionis guild.
“Uhm, nona Zaza. Permisi, aku ingin melaporkan hasil ekspedisiku di labirin tingkat sulit.”
“Ah, ternyata tuan Kagami dan Lily. Saya yakin Anda pasti baik-baik saja meski telah memasuki labirin itu. Jadi, bagaimana hasilnya?”
“Aku dan Lily telah menyusuri labirin itu hingga ke bagian terdalam, dan hanya ada 20 lantai di dalamnya. Terakhir, aku menemukan rubah ini di dalam sana. Monster di sana tidak terlalu sulit ... bagiku. Tetapi sangat merepotkan untuk petualang bintang lima ke bawah.”
“Begitu ya, ternyata memang labirin yang sulit untuk ditaklukkan ....”
Resepsionis itu mendesah, dia memerhatikan Schana yang sejak tadi masih merangkul lengan Kagami. Bahkan jika dilihat di ruangan ini, banyak laki-laki yang melihat ke arah Schana.
“Lalu, wanita ini? Apakah dia anggota baru party-mu?”
“Dia adalah mama baru Lily!”
“Mama baru?”
Lily tiba-tiba menyela sembari melompat-lompat karena dengan ketinggian itu, dia tidak dapat mencapai meja resepsionis.
“Oh, shit! Emm, maaf. Sudah kubilang sebelumnya, aku menemukannya setelah berhasil menaklukkan labirin itu.”
“Ehh?!”
“Haaa ...!”
Tiba-tiba resepsionis itu melompat ringan dan melontarkan suara penuh keterkejutan yang kemudian diikuti oleh suara banyak orang di ruangan tersebut sebab diam-diam menguping.
“Tu-tunggu dulu, tuan Kagami! Anda bilang telah berhasil menaklukkan labirin itu? Labirin itu berhasil ditaklukkan? Berarti wanita ini ....”
“Aku Schana! Dan sekarang, aku adalah istrinya Kagami! Salam kenal!”
Wanita itu tersenyum manis selagi memeluk lengan Kagami. Ekornya bergoyang ke kanan dan kiri sangat cepat seakan kebahagiaannya tak dapat dibendung. Karena alasan tertentu, dia menyembunyikan kedelapan ekornya. Meski begitu, rambut dan ekornya tetaplah mencuri perhatian banyak orang.
“Hah? Istri? Anda, dewi Schana ‘kan? Anda telah menikah dengan tuan Kagami? Se-sejak kapan—tidak! Ini adalah informasi penting, saya harus segera mengabarkan hal ini kepada guild pusat!”
Resepsionis itu dengan panik meninggalkan Kagami dan lainnya, dia berlari menuju suatu pintu yang hanya khusus dimasuki oleh staf guild petualang, dengan kata lain itu adalah ruang staf. Kehebohan mulai terjadi di antara para petualang. Mereka berteriak histeris seakan kesempatan emas telah direnggut oleh seorang pendatang baru.
Sorot mata mereka berubah menjadi lebih tajam, seakan menyimpan dendam kepada Kagami. Rasa iri mereka bahkan tak dapat disembunyikan sedikit pun. Tetapi di antara banyak tatapan sinis tersebut, para petualang wanita terlihat memandang Kagami dan Schana dengan tatapan bahagia dan terharu.
Sebagaimana seperti halnya kisah seorang tuan putri yang terkurung di sebuah menara telah berhasil di selamat oleh seorang pangeran berkuda putih, kemudian menikah dan menjalani hidup dengan bahagia.
“Emm, Kagami ... mereka tampak aneh.”
“Ini karena ucapanmu tadi yang terlalu keras.”
“Ehehe ....”
Kagami, Schana, dan Lily langsung melarikan diri dari guild petualang dan segera menuju penginapan. Mereka bahkan tidak betah dengan atmosfer di dalam ruangan guild.
Setelah sampai di penginapan Nouvo, mereka tiba di lantai satu dan segera menutup pintu. Mereka bertiga sejenak mengatur napas yang telah memburu akibat pelarian tadi. Beruntunglah tidak ada pelanggan, sehingga mereka bertiga tidak menjadi pengganggu.
“Haaa ... setidaknya sekarang aman.”
“Um, Kagami, kau sudah pulang? Ada apa? Kau tampak sedang ada masalah.”
“Ya, dan pembuat masalahnya adalah rubah satu ini.”
Kagami menunjuk ke arah Schana, wanita tersebut seperti tanpa dosa hanya tersenyum manis ... lagi. Kagami yang sedikit menyadari sesuatu pun akhirnya mengubah sikapnya. Dia menegapkan tubuhnya dan memandang Luna.
“Ada apa, Luna?”
“Hmm, siapa wanita rubah itu?”
“D-dia ....”
“Hai! Hai! Aku adalah Schana! Aku istrinya Kagami! Salam kenal!”
Lagi-lagi dengan tersenyum manis, Schana memperkenalkan dirinya sendiri. Tingkah genit dan manjanya seakan tidak menunjukkan berapa usianya saat ini.
“Istri? Kagami, apakah itu benar? Bagaimana bisa hal itu terjadi?”
“Eh, anu, Luna ... aku bisa menjelaskannya.”
Luna mulai mengerutkan keningnya. Sesaatnya ujung matanya sedikit berair dan hampir saja terjatuh di wajahnya. Tetapi, gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri.
Kagami dan Schana memulai penjelasannya. Mereka menceritakan berbagai hal sedetail mungkin, tetapi masih menutupi bagian penting yang tidak seharusnya diumbar.
“Oh, begitu ya ... memang keputusan yang sulit sih ketika mendapatkan hal seperti itu.”
“Benarkan? Aku bahkan tidak habis pikir sebelumnya. Aku merasa seperti dijebak seseorang.”
“Jadi kau berpikir seperti itu, Darling?”
Kagami seolah menyindir Schana, tetapi wanita itu hanya menggembung pipinya dan menatap tajam laki-laki tersebut.
“Yah, tetapi aku bersyukur kalian telah menikah. Aku menjadi tidak khawatir lagi, karena Kagami terlalu kuat, aku kira tidak ada yang mau menikahinya. Bahkan jika tidak ada yang mau menikahinya, maka aku akan ....”
“Akan apa?”
“Tidak ada, lupakan saja. Selamat ya, atas pernikahan dadakan kalian. Aku turut senang mendengarnya.”
“Um! Terima kasih, Luna!”
Schana menyambut ucapan ‘selamat' itu dengan riang gembira, dan kembali merangkul Kagami. Luna menundukkan kepalanya, cukup rendah untuk menyembunyikan air matanya yang mulai tak dapat terbendung lagi.
“Kalau begitu, aku akan pergi sebentar ke dapur.”
“Emm, iya.”
Kali ini, Kagami menjawabnya singkat. Luna kemudian meninggalkan mereka bertiga dan pergi ke lantai dua, berbalikan dengan ucapannya baru saja.
“Sekarang sudah hampir malam, Darling.”
“Memangnya kenapa?”
“Lily ingin makan!”
“Whoa! Kau benar, Lily, kita harus segera makan!”
“Hmph!”
Kagami lebih menanggapi ucapan Lily ketimbang Schana. Karena dalam artian tertentu, Kagami mengerti apa maksud ‘tersembunyi' dari kalimat Schana barusan.
***
Di dalam kamar yang gelap, Kagami menatap langit yang terang oleh bintang-bintang. Melalui jendela di lantai dua kamarnya tersebut, dia berusaha menangkan diri. Pikiran dan hatinya seolah tidak berjalan di arah yang sama. Saat ini, dia kembali mengingat beberapa kata yang dibisikkan oleh pria tua yang memperkenalkan diri sebagai utusan.
“Aku sudah tidak dapat berbuat banyak, setelah ini, aku serahkan Schana kepadamu. Tolong rawat dan jaga dia baik-baik. Dia sudah seperti anakku sendiri.”
“Tch! Jangan sembarangan menitipkan orang berharga kepada seseorang yang baru dikenalnya, dasar pria tua sialan.”
Kagami mendesah berat. Dia mungkin berpikir telah dipengaruhi dan dinikahkan dengan Schana supaya tidak memiliki keinginan untuk kembali ke dunianya sebelumnya, bumi.
Tidak lama waktu setelahnya, seseorang membuka pintu kamar tersebut. Kagami tidak menggubrisnya sama sekali. Tidak peduli yang datang siapa. Dia hanya ingin melepas rasa lelahnya sendirian. Kemudian, sosok itu mulai memasuki ruangan. Wanita cantik idaman banyak pria, dengan rambut emas dan proporsi tubuh yang bagus. Tidak mungkin ada yang dapat mengabaikannya. Kecuali ....
“Apakah aku mengganggumu, darling?”
“Mau apa kau kemari?”
“Aku hanya ingin ... selalu bersamamu.”
“Oh.”
Wanita itu lantas mendekatinya, menyandarkan sikunya di tepian jendela dan memandang langit. Dia terkesima saat untuk pertama kalinya setelah 20 tahun dapat melihat bintang lagi. Schana menoleh ke arah Kagami, hendak menghilangkan kesunyian, tetapi setelah melihat wajah muram suaminya tersebut. Dia mengurungkan niatnya.
“Hei, Schana. Bagaimana pendapatmu jika suatu saat nanti, aku kembali ke duniaku sebelumnya?”
“Eh? Hmm, aku mungkin akan ikut bersamamu. Tidak peduli ke mana pun kau pergi dan sejauh apa pun itu.”
“Ehh ... itu akan merepotkan.”
“Lagi pula, kenapa kau ingin kembali ke duniamu sebelumnya? Apakah di sana lebih indah dari dunia ini?”
“Tidak sama sekali.”
Kagami menurunkan pandangannya. Dia terlihat sedih seperti seorang anak yang kehilangan orang tuanya.
“Di sana jauh lebih berbahaya dari dunia ini. Hampir dari 50% populasi manusia telah musnah, atau bahkan mungkin lebih.”
“Uh, itu mengerikan. Apa kau yakin ingin kembali ke dunia itu? Kenapa kau begitu ingin kembali?”
“Aku, hanya ingin melindungi teman-teman dan keluargaku di sana. Ya, meski bukan keluarga kandung.”
Kesunyian mulai mendatangi mereka lagi. Tidak satu pun di antara mereka saling memulai obrolan.
“Jika begitu, di sini, di dunia ini, kau bisa mulai membuat keluarga barumu. Mulai dari dirimu, aku, dan anak kita nantinya. Ah, dan juga jangan lupakan Lily, dia anak yang baik.”
“Umm.”
Schana perlahan mulai menggeser dirinya dan lebih mendekati Kagami. Dia menyandarkan kepalanya ke bahu laki-laki tersebut, dan mulai memejamkan mata seolah memasuki surga dunianya sendiri.
“Aku memiliki sesuatu untukmu.”
“Apa itu, darling?”
“Tetapi berjanjilah untuk tidak menghilangkannya.”
“Hmm, baiklah!”
Dengan semangat tinggi, Schana segera menyetujui janji tersebut. Kemudian, Kagami mengeluarkan sesuatu dari inventory. Sebuah benda melingkar yang tipis, tetapi lebih lebar. Di bagian tengahnya terdapat permata berwarna merah yang sedikit bersinar seakan memiliki efek ‘glow in the dark'. Schana menutupi mulutnya dengan kedua tangan, mencoba tidak membuat kebisingan.
Kagami lalu meraih tangan kiri Schana, memasangkannya ke jari manis wanita tersebut. Schana terlihat bahagia, dengan warna merah yang menghiasi wajahnya, dia tampak tersipu, tetapi dengan jelas menampakkan perasaannya yang tersentuh pada momen tersebut.
“Aku sangat bahagia, darling. Kau benar-benar telah menerimaku. Aku senang! Aku senang! Aku merasa sangat beruntung mendapatkan sosok suami sepertimu!”
“Um, akulah yang merasa beruntung, karena mendapat wanita yang diidamkan oleh banyak pria di dunia ini.”
“Kalau begitu berjanjilah, darling, bahwa kau akan selalu bersamaku dan mencintaiku!”
“Um, ya, aku berjanji.”
“Kyahaha ...!”
Wanita itu berputar-putar sejenak sembari melihat cincin di jarinya. Kemudian dia melihat ke arah langit, di mana milyaran bintang menjadi saksi akan janji mereka berdua. Diliputi kebahagiaan yang begitu besar, Schana melampiaskan semua hasrat cintanya kepada Kagami.
Dia langsung melompat dan memeluk tubuh laki-laki tersebut. Begitulah, sehingga akhirnya hati Kagami pun dapat diluluhkan oleh wanita yang baru ditemuinya. Seakan wanita tersebut mempercayainya dengan segenap hati dan perasaan.
Hal tersebut membuktikan, bahwa dengan perasaan pada hati manusia, mereka dapat dipermainkan orang lain atau bahkan bisa menjadi kekuatan yang kokoh untuk melindungi orang lain yang dikasihinya. Hanya tergantung pada ... bagaimana cara manusia menggunakan perasaan mereka.

0 Komentar