The Irregular Lifeforms Chapter 15 - Memasuki Labirin Tingkat Sulit



10 tahun yang lalu, di sebuah laboratorium ilegal yang berada di Venezuela. Para peneliti melakukan uji coba mutasi gen pada delapan ribu anak. Tempat tersebut terletak tiga ratus meter di bawah permukaan tanah, sehingga tidak dapat dijangkau oleh Astal.

Para peneliti mencoba memasukkan gen Astal ke dalam tubuh setiap anak, tujuannya adalah untuk menciptakan generasi manusia yang berkekuatan magis sangat besar seperti Astal. Tetapi, empat ribu di antaranya mengalami kegagalan dan meninggal begitu saja.

Anak-anak yang berumur sekitar lima sampai delapan tahun itu menjadi target mereka dengan meyakini bahwa DNA Astal dapat diterima sekaligus mengalami pertumbuhan secara signifikan. Jika berhasil, mereka akan melanjutkan ke tahap berikutnya, tetapi jika gagal, tubuh anak-anak yang telah tak bernyawa itu dibuang ke permukaan dan menjadi santapan Astal yang berkeliaran.

Bukan sekadar penelitian ilegal saja yang dilakukan, anak-anak yang mereka gunakan sebagai uji coba pun berasal dari hasil penculikan di beberapa negara yang masih bertahan dalam krisis kepunahan umat manusia. Tempat penelitian yang berada tepat di bawah habitat asli para Astal itu diberi julukan Hell Room.

Anak-anak tak berdosa yang beruntung dapat menyatu dengan DNA Astal itu mulai menunjukkan keanehan. Dari tiga ribu, jumlah nyawa menurun menjadi lima ratus. Hal ini menyebabkan syok berat kepada para peneliti yang awalnya telah berharap penuh pada anak-anak yang berhasil selamat.

Lima ratus tersisa. Setiap hari mereka disiksa dan mendapatkan luka fisik baru, tetapi hanya butuh beberapa menit saja, luka itu dapat pulih dan menghilang akibat DNA milik Astal yang mengalir di dalam darah mereka. Hal ini menunjukkan penelitian yang dilakukan tidak sepenuhnya sia-sia. Sikap anak-anak itu kemudian menunjukkan perubahan yang abnormal. Mereka memiliki anomali pada fisik dan kejiwaan. Untuk menguji apakah anak-anak itu benar-benar menjadi seperti yang para peneliti harapkan, semua anak itu dilempar ke permukaan dan langsung dihadapkan kepada para Astal.

Tidak peduli anak-anak tersebut akan selamat atau tidak, mereka dapat memulai penelitian itu dari awal lagi, meski sangat disayangkan. Anak-anak yang melihat neraka di hadapan mereka langsung melarikan diri dan mencari tempat persembunyian masing-masing. Hanya saja, tidak ada tempat untuk sembunyi dari para Astal.

Di antara lima ratus anak itu, terdapat sepasang anak laki-laki dan perempuan yang berumur sekitar tujuh tahun. Keduanya terlihat seperti saudara kandung, tetapi mereka sebenarnya hanya bersahabat dan mulai akrab sejak dibawa ke Hell Room. Tidak peduli sekeras apa pun penderitaan yang dialami, mereka berdua saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. Begitulah ikatan kuat yang keduanya jalin selama hampir setahun.

Pada suatu ketika, datanglah Astal Stage delapan yang melewati tempat di mana mereka tinggal, karena keduanya terpaksa bersembunyi secara berpindah-pindah, mereka bertemu dengan banyak Astal dengan Stage yang berbeda-beda.

Namun kali ini nasib tidak berpihak kepada mereka. Astal dengan Stage lebih tinggi mempunyai kepekaan yang jauh lebih baik. Akibatnya, kedua anak itu diserang dan hendak dijadikan santapan. Tubuh Astal yang begitu besar menyulitkan keduanya untuk melarikan diri, hingga pada akhirnya tetap saja akan jatuh korban.

Gadis kecil itu tidak dapat luput dari maut. Charlotte, itulah nama panggilan yang diberikan oleh anak laki-laki yang tidak lain adalah sahabat terdekatnya. Gadis itu pun memberi nama kepada anak laki-laki tersebut Leonhart. Di saat terakhir menjelang ajalnya, gadis kecil tersebut meringkuk di pangkuan sahabat senasibnya. Perlahan, kematian benar-benar menemuinya dan menyebabkan anak laki-laki itu menjadi sebatang kara. Hidup melawan kekejaman makhluk abnormal akibat ulah manusia itu sendiri.

Kemarahannya tidak dapat dibendung lagi. Air matanya mengalir deras disertai emosinya memuncak menyebabkan kejiwaannya rusak parah. Ciri fisiknya mulai mengalami perubahan kecil. Rambut hitamnya menjadi putih keperakan sepenuhnya dan tubuhnya berubah sedikit lebih kekar. Lonjakan energi yang sangat besar juga meledak dari dalam tubuhnya. Dengan amarah yang menggebu-gebu, tanpa sadar dia membangkitkan kekuatan terbesar umat manusia yang dalam rahasia militer kini disebut Meister.

Anak laki-laki tersebut adalah manusia pertama yang mampu membangkitkan kekuatan mengerikan tersebut. Tanpa kesadaran normalnya, dia menunjukkan kekuatan yang mampu menghancurkan para Astal. Di langit, sebuah meteor berdiameter dua kilometer muncul dari lingkaran sihir berwarna hitam pekat, meluncur tepat ke arah Astal Stage delapan berada.

Ajaibnya setelah kehancuran mengerikan tersebut, tubuh kedua anak itu masih utuh dan selamat dari kejatuhan meteor. Dengan memangku dan memeluk tubuh si gadis kecil, Leonhart kecil memandang ke arah timur di mana mentari perlahan menampakkan wujudnya. Dari saat itu, dia begitu dendam dan berkeinginan besar menghancurkan para Astal dari dunia ini.

10 tahun tersebut akhirnya berlalu dengan cepat. Meski anak laki-laki itu telah tumbuh menjadi remaja tampan yang berkarisma, dia saat ini terjebak di dunia lain yang membuatnya jauh dari rumah. Tetapi kenangan yang melekat di hatinya tetap terasa begitu dekat. Dia melihat ke arah timur di mana matahari terbit, menatap dengan mata tajamnya yang penuh dengan cerita sejarah mengerikan.

“Master! Aku sudah meninggalkan pesan untuk Luna.”

“Un, Lily. Sekarang ayo kita berangkat!”

“Um! Ke dalam labirin yang sulit. Yeay!”

Seorang gadis kecil bertelinga kucing dengan riang hati keluar dari kedai dan menghampirinya yang tengah melamun tajam. Mereka berdua kini menuju ke sebuah labirin yang terkenal dengan tingkat kesulitan cukup tinggi. Atas nama petualang, mereka bertindak lebih jauh untuk menjadi lebih kuat. Tetapi untuk laki-laki itu, ini hanya sebuah ujian sementara.

***

Setelah melewati pengecekan di pos penjaga. Kagami dan Lily mulai memasuki lantai pertama labirin tersebut dengan melewati lorong selebar delapan meter. Sebuah ruangan yang luas terpapar jelas sepanjang mata memandang. Di samping itu, hanya ada satu lorong saja yang digunakan untuk menuju ruang selanjutnya.

Semakin ke bawah, maka jumlah lorong yang muncul akan semakin banyak dan ruangan labirin pun akan bertambah luas.

Di saat keduanya tengah terpukau dengan isi dari ruangan labirin yang dikatakan sulit untuk ditaklukkan, beberapa langkah lembut mendesir hingga memecahkan lamunan mereka.

“Lily, bersiaplah!”

“Ya, Master!”

Keduanya mengambil sikap siaga seketika menangkap pemandangan di depannya. Lima ekor serigala hitam dengan ekor api dan mata merah menggeram kasar menatap kedatangan dua manusia tersebut. Kagami segera menyiapkan pistolnya dan mengunci targetnya.

Lily dengan Dual Dagger merendahkan tubuhnya dan bersiap melesat. Serigala yang paling depan dalam barisan tersebut mulai mengaum singkat, kemudian empat di belakangnya berlari secepat angin. Lily yang telah bersiap pun berlari tanpa ragu ke arah makhluk itu.

Dua bunyi ledakan nyaring dengan selisih setengah detik terdengar sesaat, dan dua serigala yang berlari terkapar di atas tanah tanpa tanda kehidupan. Menghiraukan suara tembakan tersebut, Lily masih menghadapi dua serigala sisanya.

Dia menghunuskan belatinya dengan gesit, berputar dan melangkah maju dengan kecepatan tidak normal. Tetapi serigala di hadapannya tidak ingin kalah, keduanya mampu menghindar sebelum bilah tajam itu melukai kulit mereka.

Gadis tersebut melangkah ke depan dan menghunuskan belati di tangan kanannya. Tetapi serigala di hadapannya berhasil menghindar dan berusaha menggigit lengan kecilnya. Segera dia melompat sedikit ke belakang untuk menghindarinya.

“Lily! Perhatikan sekitarmu!”

Tiba-tiba, di samping kirinya, seekor serigala berusaha melahap tubuhnya, sontak gadis tersebut berputar dengan cepat dan menghantam kepala serigala itu dengan tumit kanannya. Serigala itu berhenti bergerak sesaat, dengan memanfaatkan kesempatan kecil itu, Lily menuju ke arahnya dan menusukkan dua belati itu ke kedua matanya. Lalu dia melompat mundur, setelah itu sebuah cahaya melesat menembus kepala serigala hingga menghantam tanah lantai labirin.

“Kerja bagus Lily! Kau lumayan hebat melawan serigala itu.”

“Un! Terima kasih, Master!”

Tanpa arahan Kagami, gadis itu sudah dapat mengambil keputusan yang cukup baik untuk melawan kedua makhluk tersebut. Kini lawan mereka tersisa dua ekor. Kagami menyimpan pistolnya ke dalam holster, lalu dia mengambil sebongkah batu seukuran genggaman tangan. Dia menggenggam batu itu dengan kedua tangan seperti hendak meremukkannya.

“Jadilah seperti apa yang kuinginkan!”

Cahaya bersinar dari dalam genggaman tangannya, saat dia mengulurkan tangan kanannya, cahaya memanjang sekitar satu meter. Perlahan cahaya itu meredup dan memperlihatkan sebuah pedang satu tangan berwarna perak mengilap.

“Woah! Master hebat! Master bisa membuat senjata lagi!”

“Hn! Tentu saja, kau pikir siapa Mastermu ini?”

Hal itu bukanlah pertama kalinya Lily melihat sihir alkimia milik tuannya. Sebelumnya, dia juga mendapat kedua belati itu dari hasil alkimia dengan memanfaatkan bijih Mithril. Sehingga bilah belati itu berwarna biru cerah dan sedikit transparan.

Keduanya kembali menatap musuh yang masih terdiam. Ketiga tubuh serigala lainnya perlahan menghilang, berubah menjadi asap hitam dan terserap ke dalam tanah.

Kagami dan Lily melaju bersamaan dengan kecepatan yang sama. Kemudian Kagami mendahului Lily dan berlari di depannya. Kedua serigala itu lantas menargetkan laki-laki itu sebagai mangsanya. Dua serigala itu membuka lebar rahangnya dan bersiap menangkap Kagami dengan taringnya yang runcing.

Namun, laki-laki itu dalam sekejap menghilang dan muncul di belakang keduanya. Di saat itulah, gigitan serigala gagal mengenainya. Lily yang melaju dengan kecepatan penuh menusukkan kedua belatinya masing-masing ke rahang bawah serigala itu dan mendorongnya hingga terangkat ke belakang.

Kagami yang telah bersiap dengan sentuhan terakhir menghunuskan pedangnya tanpa ragu dan memotong leher keduanya. Bercak darah mewarnai lantai labirin dan meninggalkan dua petualang hebat itu dengan masing-masing gayanya setelah berhasil mengakhiri kedua lawannya.

“Yeay! Berhasil!”

Lily segera berbalik dan menuju ke arah Kagami dengan ekor yang bergoyang tak menentu.

“Aku tidak menyangka kau dapat membaca situasi dan gerakanku, Lily. Kau benar-benar gadis yang hebat.”

“Hehehe, terima kasih, Master. Itu karena Master yang telah melatih Lily menjadi gadis hebat! Lily sangat bahagia bisa bersama Master.”

“Hn, ayo! Kita lanjutkan ke lantai berikutnya!”

“Yeay!”

Gadis itu berlari memutari tubuh tuannya, kemudian berlarian menuju lorong dengan penuh kebahagiaan. Kagami tanpa sadar tersenyum melihat tingkah laku gadis kecil itu. Perasaan bangga yang dimiliki Lily bahkan mampu membuat Kagami tersenyum tulus, yang bahkan hal itu jarang diperlihatkannya tanpa sengaja.

Ini bukan kali pertama Lily melawan monster di labirin, sebelumnya dia telah dilatih oleh Kagami di labirin pemula hingga menembus lantai 11 dan menjadikan latihan individu itu seperti lubang kematiannya sendiri. Tetapi berkat keberadaan tuannya itulah, dia mendapat arahan dan bimbingan yang tepat dan membuatnya semakin bertambah kuat.


Posting Komentar

0 Komentar