The Irregular Lifeforms Chapter 14 - Latihan Singkat di Labirin



Waktu berlalu hari demi hari, kini tidak terasa bahwa Kagami telah terjebak di dunia itu selama dua bulan lamanya. Berbagai cara dia gunakan untuk melakukan kontak dengan teman-temannya melalui Device. Sayangnya, teknologi itu belum mampu mengirim pesan dengan perbedaan ruang dimensi.

Sedikit saja adanya lubang dimensi yang menghubungkan dunia ini dengan dunianya yang dulu, mungkin dia bisa mengirim sinyal darurat dan koordinat lokasinya. Tetapi hal paling simpel seperti melacak koordinat planet pun tidak dapat dia lakukan, beruntunglah fungsi peta pada Device-nya masih dapat berjalan lancar. Kagami mulai memasrahkan hal itu kepada takdir dan keberuntungannya saja.

Kagami duduk di kursi resepsionis yang biasa ditempati olehnya dan Luna secara bergantian, dia merasa sedikit bosan harus terdiam di sana sembari menunggu pelanggan datang setiap harinya. Lily yang baru saja selesai membereskan cucian kemudian mendekati tuannya, dia meletakkan kepalanya ke atas paha Kagami dengan harapan untuk dimanja.

Kagami mengetahui kebiasaan gadis kecil tersebut, dia lantas membelai lembut kepala Lily yang mulai menggosokkan kepalanya seperti kucing. Secara naluriah, Lily adalah Beastkin berjenis kucing. Tidak heran jika tingkah lakunya tidak berbeda jauh. Meski dia suka dimanja, entah mengapa Lily begitu membenci Luna ketika hendak bergantian memanjakannya.

Apakah itu artinya Beastkin memiliki firasat tersembunyi seperti binatang pada umumnya? Kagami mulai beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan meja resepsionis.

“Lily, aku akan pergi ke labirin, apakah kau ingin ikut atau tidak?”

“Labirin? Mau! Mau! Aku ingin ikut ke labirin bersama Master!”

Gadis kecil itu selalu saja ingin ikut bersama Kagami ketika menuju labirin. Setiap kali mendengar kata ‘labirin' dari tuannya, dia selalu mengibaskan ekornya penuh semangat. Kagami kemudian jubah berwarna hitam dan coklat yang ada di Inventory dan menyerahkan jubah berwarna coklat kepada Lily.

“Luna, kami akan pergi ke labirin bersama Lily. Tolong kau jaga kedainya!”

“Baiklah, Kagami.”

Luna yang tengah membersihkan meja di sudut kedai hanya menjawab tanpa menoleh. Hal ini sudah menjadi kebiasaan Kagami apabila dia merasa bosan di dalam kedai. Mereka kemudian berjalan ke arah gerbang kota Parriot.

***

Di dekat kota Parriot terdapat dua labirin dengan tingkat berbeda. Satu labirin berada di sebelah barat kota adalah labirin pemula yang berguna untuk tempat latihan para petualang baru. Sedangkan satunya berada di sebelah timur, labirin tersebut memiliki tingkat kesulitan sedang hingga benar-benar sulit untuk ditaklukkan karena monster yang muncul begitu bervariasi mulai dari bentuk dan kekuatannya.

Bahkan karena dapat mengancam kehidupan penduduk kota jika salah satu monster berhasil keluar dari labirin, Baron Azla memerintahkan banyak ksatria kuat untuk berjaga di sekitar lokasi labirin tersebut.

Kagami berniat mengajari Lily bertarung dengan lebih baik, oleh karena itu dia lebih memilih labirin pemula, meski dia sendirian dapat menjelajah labirin yang sulit, tetapi dia memerhatikan keselamatan Lily.

“Emm, Lily. Bagaimana cara monster di labirin dapat berkembang biak? Apakah mereka juga berkembang biak seperti binatang?”

“Apa-apaan nih, Master? Meski sudah menjadi petualang kuat, bagaimana bisa Master tidak mengetahui hal paling penting itu?”

“Eh? Kenapa aku tiba-tiba disalahkan?”

Sejak awal Kagami sangat penasaran dengan hal tersebut, tetapi karena selalu lupa untuk bertanya, maka dia hanya bisa memendam pertanyaan itu di dalam hatinya.

“Hmm, monster di labirin tidak dapat berkembang biak seperti monster di alam liar. Mereka terlahir dari miasma hitam dan mati sebagai miasma hitam juga.”

“Oh, jadi mereka tidak berkembang biak, ya? Lalu dari mana miasma hitam itu dapat muncul selain dari para monster yang telah mati?”

“Miasma hitam dihasilkan oleh tanah yang telah menyerap berbagai mayat makhluk hidup, seperti manusia, hewan, atau monster itu sendiri.”

Begitulah singkatnya. Miasma itu akan menguap dari dalam tanah setelah menyerap tubuh mayat dan membutuhkan waktu untuk dapat menghasilkan monster baru. Karena meski tanpa ada mayat tanah labirin masih dapat mengeluarkan miasma dan menciptakan monster, jika jumlah mereka berada di luar batas, maka banyak monster akan keluar dari labirin dan muncul di alam liar.

Kemungkinan paling buruk adalah dapat menyerang penduduk sekitar yang tidak sengaja melintas, atau bahkan dapat menyerang kota secara langsung. Itulah kenapa keberadaan petualang sangat penting di dunia ini. Tetapi hanya sedikit petualang kuat yang direkrut oleh kerajaan atau kota dan dibayar untuk melindungi keamanan setempat.

Kagami dan Lily sampai di dekat pintu gerbang labirin. Di sana ada beberapa penjaga yang saling berbincang di sebuah pos penjaga.

“Selamat pagi, Aria. Hari yang membosankan, bukan? Hahaha ....”

“Hahaha ..., selamat pagi juga, tuan Kagami! Kenapa Anda selalu memasuki tempat ini? Bukankah tempat ini terlalu lemah untuk Anda?”

“Iya, ini karena aku ingin mengajari Lily cara bertarung.”

“Whoaa ..., kau sangat beruntung gadis kecil, dapat diajari oleh tuan Kagami, pahlawan dari keluarga bangsawan Baron Azla.”

Aria mencoba menggoda Lily, dan alhasil itu membuat gadis kecil ini bersembunyi di balik jubah hitam milik Kagami.

Aria adalah salah satu ksatria yang menjaga labirin pemula. Karena hampir setiap hari Kagami selalu datang ke sini di saat jam kerjanya, mereka menjadi lebih akrab satu sama lain. Setelah itu Kagami memasuki labirin pemula bersama Lily.

Pintu masuknya adalah sebuah mulut gua dengan anak tangga yang menuju ke bawah tanah. Lorong labirin itu terlihat sedikit sempit, sekitar berukuran empat meter persegi. Meski begitu, setelah memasuki ruangan labirin yang sesungguhnya, itu terlihat menjadi sangat luas dengan banyak pilar batuan yang menopang seperti ornamen abstrak.

Kagami mengeluarkan dua buah Dagger dari Inventory dan memberikannya kepada Lily. Sedangkan dia sendiri sudah cukup hanya dengan Charlotte yang bersiaga di holster pinggangnya.

“Baiklah, Lily, kita lihat seberapa besar kemajuanmu setelah melakukan simulasi pertarungan melawanku.”

“Ya, Master! Aku akan berjuang keras agar dapat melindungi Master!”

Dengan semangat membara dalam hatinya, Lily memegang dua Dagger itu seperti seorang profesional. Seekor serigala berukuran tidak terlalu besar mendatangi mereka. Sepertinya hidung tajam serigala tersebut berhasil mendeteksi keberadaan manusia dan dengan segera mendatanginya.

Serigala itu dengan cepat berlari ke arah mereka berdua. Dengan kuda-kuda yang sigap, Lily meluncur melalui samping kanan serigala tersebut dan berputar cepat di udara. Ketika Lily kembali mendaratkan kakinya di tanah, secara bersamaan pula tubuh serigala itu terpotong menjadi lima bagian.

“Master! Aku berhasil! Akhirnya aku berhasil menguasai teknik itu!”

“Iya, Lily. Aku melihatnya, kau benar-benar gadis yang hebat.”

Kagami menepuk-nepuk kepala Lily. Ekor gadis itu kembali bergoyang dengan cepat sambil memeluk tubuh Kagami. Tidak lama kemudian, beberapa ekor serigala bermunculan karena mencium bau darah dari serigala yang telah mati. Ternyata ketika monster itu mati, tubuh mereka tidak langsung diserap oleh labirin, tetapi membutuhkan waktu seperti halnya bakteri menguraikan benda yang dapat membusuk.

Mereka berdua saling bertukar pandangan, kemudian memerhatikan ke depan dengan mata tajam yang memancarkan aura permusuhan.

“Lahap mereka semua, Lily!”

“Yeay! Waktunya berpesta!”

Keduanya menyerang secara membabi buta dan tidak pandang bulu sedikit pun. Tidak satu dari sekian banyak monster yang mereka temui dapat lari. Semuanya berhasil dikalahkan. Kagami sejak awal berniat mengajari Lily cara menggunakan sihir, tetapi sebelum dapat memakainya, dia harus belajar cara bertarung jarak dekat.

Hal tersebut diperlukan guna menangani musuh yang berada sangat dekat dan tidak memerlukan bantuan sihir jarak jauh. Kagami secara konsisten mengajari Lily banyak cara bertarung, bahkan dengan tangan kosong. Tetapi bakat Lily terlihat sangat tajam saat dia belajar menggunakan Dagger.

Seakan kekuatannya meningkat drastis, dengan tubuh kecilnya yang ramping, di dapat menyelinap dan berlari begitu cepat sembari menebas musuh-musuhnya. Setelah bertarung dalam waktu cukup lama di dalam labirin, bahkan mereka tidak tahu telah berada di lantai berapa.

“Sudah cukup untuk hari ini, Lily! Kita kembali ke kedai dan bersiap untuk makan malam nanti!”

“Aye, Master!”

Mereka dengan segera pergi dan menuju permukaan. Ketika berada di salah satu lorong labirin. Mereka berpapasan dengan seorang gadis berpakaian biasa, meski begitu, gadis tersebut masih tampak menawan dengan rambut pirangnya yang panjang dan sebuah pedang Rapier bersarung biru. Walaupun sesama petualang, ketika berpapasan, mereka hanya saling tak acuh dan lewat begitu saja.

“Hei! Tunggu dulu! Di mana reaksi yang biasa kutemui saat orang lain melihatku?”

Gadis itu berteriak cukup keras hingga membuat Kagami menghentikan langkahnya. Kagami menoleh sesaat dan saling bertukar pandang dengan gadis tersebut.

“Maaf? Apakah aku mengenalmu? Apakah aku memiliki urusan denganmu?”

“Eh? Tentu saja ... tidak, sih. Tetapi biasanya orang yang melewatiku akan terkejut melihatku, apakah kau tidak mengenal siapa aku?”

“Um, maaf, tetapi sayang aku tidak mengenalmu.”

“Mustahil!”

Gadis tersebut melebarkan kedua matanya, dia sangat terpukul dengan sikap datar Kagami seakan tidak peduli siapa dirinya.

“Asalkan kau tahu saja, aku ini adalah petualang bintang lima, kau tahu? Sebaiknya ingat wajahku baik-baik!”

“Baiklah ... baiklah. Jika kita bertemu lagi, aku akan menjadikanmu istriku. Itukah yang secara tak langsung ingin kau sampaikan?”

Kagami kembali berbalik dan meninggalkan gadis tersebut. Sementara, gadis yang terlihat jengkel itu menatap tajam Kagami dengan wajah memerah.

“Ingat baik-baik, dasar pemula! Namaku adalah Vanilla! Vanilla! Anggota ordo ksatria [Celestial Throne]!”

“Ya ... ya, terserah dirimu saja nona ksatria berbintang lima, aku harus segera pulang.”

Begitulah ucapnya sambil berjalan menjauh, gadis itu semakin terlihat jengkel dengan wajah kian memerah. Tetapi setelah sosoknya menghilang, dia menjadi sedikit kesepian. Dia menunduk lesu sambil kembali berjalan di lorong labirin lebih dalam lagi.

“Ya ampun, pemuda zaman sekarang tidak pernah bersyukur dapat bertemu dengan Putri dari kerajaan yang dia tinggali. Hmm, terserah dia saja, nantinya juga akan menyesal.”

Di tempat Kagami. Setelah dia keluar dari labirin, dia melihat Aria sedang mengobrol dengan beberapa orang ksatria wanita seperti dirinya.

“Selamat sore, Aria! Aku kembali dulu, ya!”

“Iya, tuan Kagami! Semoga harimu menyenangkan!”

Kagami melirik beberapa ksatria wanita lainnya dan tersenyum normal ke arah mereka. Para ksatria wanita itu pun ikut melempar balik senyuman mereka dengan lembut.

“Tuan Putri Vanilla Chevarollein kah? Benar-benar tak terduga dapat bertemu dengan orang seagresif dia. Hah ... aku benar-benar kasihan dengan calon suaminya di masa depan.”


Posting Komentar

0 Komentar