The Irregular Lifeforms Ekstra Chapter 01



Lagi, lagi, lagi ... hanya membunuh 100 atau 200 Astal tidak akan menyelamatkan dunia ini. Kami harus melakukannya lagi. Lebih banyak, lebih banyak lagi. Apakah ini hukuman dari tuhan? Kenapa kami harus menderita seperti ini? Apakah tuhan benar-benar melihat perjuangan kami?

Entah berapa banyak nyawa yang telah melayang. Berapa banyak orang yang masih bertahan? Yang masih berjuang keras mengangkat bendera kemerdekaan melawan para iblis mematikan itu. Aku sendiri tidak tahu, apakah diriku masih dapat berharap akan kebebasan umat manusia dari segala upaya yang telah dilakukan ini.

"Kakak, di sebelah sini sudah selesai. Apakah kita harus berpindah ke tempat lain?"

"Tidak, kita berhenti sampai di sini dulu. Kak Leon bisa memarahiku jika melihat kalian berdua terluka akibat kelalaianku."

"Siap!"

"Siap!"

Namaku adalah Ardi Pamungkas, komandan sementara Divisi Pemusnahan Massal. Hari ini awan begitu merah seperti darah. Langit hitam tak kunjung menghilang. Yah, mau bagaimana lagi? Namanya juga malam hari. Tetapi fenomena awan merah itu adalah hal baru sejak kemunculan Astal. Apakah atmosfer juga terinfeksi oleh virus Regan?

Kami bertiga menyelesaikan misi pemusnahan di Makassar. Kembali setelah bekerja selama empat hari penuh benar-benar membuat tubuhku lelah. Aku ingin segera sampai dan mandi dengan air hangat.

"Ah ... kapan kak Leon akan kembali? Kita di sini sangat kesulitan jika tidak ada dia!"

"Tenangkan dirimu, Sita! Kita tidak dapat berkembang jika selamanya mengandalkan kak Leonhart."

"Tetapi aku tidak mau berpisah terlalu lama dengannya! Hua! Hya!"

Gadis itu menangis lagi. Sudah ke sekian kalinya dia menangisi hilangnya komandan kami, Leonhart Tjandra Kiriyama. Manusia setengah Astal terkuat yang pernah ada di dunia ini. Dia di kenal sebagai Iblis Nusantara setelah menyelesaikan misi pertamanya di Nusa Tenggara Barat.

Banyak orang bilang, dia adalah harapan dunia untuk mengembalikan masa kedamaian manusia. Ya, para politisilah yang mengatakan hal tersebut. Tetapi mereka tidak tahu siapa kak Leon sebenarnya.

Angin mulai berembus kencang, terdengar suara bising yang menyebar dari langit. Sebuah helikopter, mereka menjemput kami tepat waktu. Yup, sekarang waktunya pulang.

***

Helikopter kami mendarat di markas pusat Badan Pemusnahan Astal yang terletak di Jakarta sekitar pukul dua pagi. Ketika baru selangkah menginjakkan kaki di tanah, seorang wanita telah menanti kami dari dekat.

Dia adalah wanita berusia sekitar 25 tahunan. Perawakannya yang tinggi dan langsing, membuat banyak pria berusaha mendekatinya. Tetapi setelah pernyataannya yang mengerikan, nyali para pria mulai menciut.

"Aku tidak akan menikahi pria yang tidak mampu mengalahkan seekor Astal Stage 8 sendirian!"

Begitulah yang dia ucapkan, meski keterlaluan, tetapi itu hanya alasan agar dia tidak menikah dengan pria sembarangan. Bagaimana pun, hanya kak Leon yang saat ini memegang rekor sebagai pembunuh Astal Stage 9 sendirian dalam waktu 16 jam.

"Selamat datang kembali, Letkol Ardi, apakah di sana baik-baik saja?"

"Huft, kepalamu sudah rusak jika masih bertanya keadaan di sana baik-baik saja."

"Pasti di sana sangat kacau. Lalu bagaimana misinya?"

"Kami berhasil memusnahkan 428 ekor Astal dari Stage 1 hingga Stage 5."

"Hanya itu?"

Aku mengabaikannya. Apanya yang 'hanya itu'? Mereka datang bersamaan dan kabur bersamaan. Bagaimana aku bisa mendapat jumlah lebih? Jika saja kak Leon ada di sini, kami mungkin bisa membunuh lebih dari seribu Astal dalam waktu lebih singkat.

Wanita itu bernama Regina Crushart, direktur di markas ini. Dia juga salah satu orang yang sangat berpengaruh dalam pembuatan senjata khusus untuk melawan Astal. Tanpa dia, mungkin dunia ini akan lebih hancur lagi. Kami segera memasuki gedung tersebut dan mengganti pakaian kami. Setelah itu, aku menemui wanita itu sekali secara pribadi di ruangannya.

"Meski bekerja sama dengan TNI, tetapi hanya kau yang mengerti kemampuan penuh kami, Direktur."

"Itu tidak sepenuhnya benar, aku bisa memperkirakan kekuatan kalian karena adanya data statistik yang lebih detail."

"Lalu apa yang Anda ingin saya lakukan untuk ke depannya?"

Wanita itu memejamkan mata, menyilangkan kedua kaki sembari mengisap rokok dan mengembuskannya. Dia menatap tajam ke arah depan, yang membuatnya terlihat seperti manusia paling ambisius.

"Kalian ini hanya bayangan tentara TNI, tetapi kekuatan kalian jauh melebihi mereka. Sejak menghilangnya Letjen Leonhart di Jepang, kekuatan kita menurun drastis."

"Ya, aku tahu itu."

"Kita harus segera menemukannya, sementara dia tidak ada, aku yakin ada pihak lain yang mencoba memanfaatkan hal ini. Terutama politisi busuk itu, mereka pasti akan segera merusak pemerintahan ini lagi."

"Kalau begitu, izinkan aku melakukan pencarian letak koordinasi keberadaan kak Leon dengan sihir unikku."

"Tentu, dengan kemampuan Astal milikmu, aku yakin kita bisa dengan cepat menemukannya."

Kami para manusia setengah Astal pada hakikatnya memiliki sebuah kekuatan unik yang hanya bisa digunakan oleh diri kami sendiri. Sebagai salah satu obyek percobaan itu, aku adalah pemilik sihir dimensi yang tentunya hal itu menjadi salah satu keahlianku.

Berbeda dengan kak Leon yang sejak awal adalah obyek spesial, dia mendapat DNA spesial dan membuatnya sedikit berbeda dengan kami. Jika pada dasarnya setiap manusia Astal punya satu kekuatan unik, kak Leon memiliki dua kekuatan unik yang pernah dia perlihatkan kepada kami.

Pertama adalah sihir alkimia yang menjadi harta karun dunia, di mana sihir dan ilmu yang mempelajarinya begitu diidamkan oleh ilmuan sejak ribuan tahun lalu. Kedua adalah sihir Mirror, ini menjadi sihir incaran beberapa negara karena kemampuannya dapat meniru atau memantulkan sihir orang lain. Kedua sihir menakjubkan itu berada di pihak kak Leon yang menurutku memang hanya dia saja yang pantas memilikinya.

Karena itu, dengan menghilangnya kak Leon, banyak negara tertentu yang gembira dan berusaha melakukan sesuatu pada negeri ini. Ada juga negara pro yang saling berusaha menguatkan pertahanan.

"Aku akan pergi ke tempat terakhir dia datang, tolong permudah sedikit langkahku, Direktur Regina."

"Baiklah, aku akan membuat beberapa laporan pengajuan yang tidak akan bisa 'mereka' tolak."

"Hmm, terima kasih."

"Sebelum kau pergi, aku ingin memberi dokumen ini."

"Apa ini?"

"Kau bisa membacanya sendiri nanti."

Dia menyodorkan beberapa dokumen asing kepadaku, tidak tahu apa yang diinginkannya, aku hanya dapat menerimanya dan membacanya nanti. Setelah menyelesaikan beberapa pembicaraan singkat, aku kembali ke asrama.

"Jadi, apa yang telah kalian bicarakan?"

Saat baru saja membuka pintu ruang bersantai, aku telah dilempari sebuah pertanyaan. Dia adalah Bagas Ilham Wicaksana, kemampuan unik miliknya dapat membuat sihir pertahanan terkuat yang juga sampai sekarang menempati rekor sebagai sihir perisai tak tertembus, itu bernama God Shield.

Sedangkan seorang gadis yang tengah membaca buku di sofa adalah Laksita Nadia Putri, kemampuan penyembuhannya begitu hebat dan memajukan ilmu kedokteran, dia sering disebut sebagai Malaikat Penyembuh. Meski berbeda-beda, kami semua memiliki kesamaan, yaitu adalah manusia setengah Astal.

"Aku dan Direktur Regina berencana mencari kak Leon."

"Benarkah?" mereka mengucapkannya bersamaan, sambil melompat dari tempat duduk masing-masing.

"Hmm, Unit Satu Divisi Pemusnahan Massal, aku memberi kalian perintah untuk ikut terjun dalam misi kali ini."

"Siap!"

"Siap!"

Dengan begitu, salah satu regu terkuat ini akan menjalankan misi khusus. Kami tidak tahu apa yang akan menghadang di depan, tetapi dibanding bertemu manusia busuk, aku lebih senang bertemu dengan Astal, karena dengan begitu aku bisa membunuhnya tanpa rasa penyesalan.

Dua hari kemudian, kami mendapat izin untuk terbang ke Jepang dan melakukan beberapa penyelidikan di sana. Setelah pendaratan, kami dijemput oleh sebuah mobil limosin berwarna hitam, dan dibawa ke tempat bernama akademi Akashic. Sesampainya kami di tujuan, aku melihat seorang pria dengan setelan putih yang terlihat mewah. Dia menyambut kami dan mengenalkan dirinya.

"Ya, selamat datang di akademi kebanggaanku. Aku adalah kepala sekolah di sini, panggil saja Albert. Mari, akan lebih enak jika berbicara di ruanganku."

Pria itu terlihat tiga tahun lebih tua dari kak Leon. Aura penuh wibawa terpancar jelas dari raut mukanya saat menyambut kami dengan senyuman. Kami lantas dipandu menuju ruangan kerjanya.

"Silakan duduk, pasti akan ada banyak pertanyaan yang ingin kalian ajukan."

"Ya, pertama, hilangkan dulu sikap formal itu. Kami tidak pantas menerimanya."

"Hahaha, kau mirip sekali dengan kakakmu, tidak heran jika kalian bisa menjadi kuat seperti dia."

Kami bertiga duduk sejajar berhadapan dengan Albert. Melihat wajahnya yang begitu tenang, orang semacam dia pasti memiliki banyak informasi penting. Agar tidak menjadi masalah untuk kedua belah pihak, aku tidak boleh sembarangan bicara dengannya.

"Kalau begitu, bisakah Anda ceritakan apapun yang telah terjadi di sana?"

"Tentu, meski telah berlalu sekitar sebulan, aku masih ingat beberapa kejadian sebelum kami terpisah."

Itu benar, yang menjadi masalah dan titik buntu di sini karena mereka sempat berpisah untuk mengecek ruangan lain. Jikalau keduanya tidak berpisah, kemungkinan besar kak Leon masih ada di dunia ini. Meski ahli dalam sihir dimensi, aku sendiri belum tahu jelas ke mana kak Leon dikirim jika tidak ada data yang spesifik.

Sejak awal saat kak Leon ditugaskan sendirian ke Jepang, aku sudah cukup curiga dengan rencana itu. Tidak biasanya Jenderal Besar Rudi membiarkan anaknya pergi sendiri tanpa pengawalan salah satu unit dari divisi kami.

Ketika Albert menceritakan adanya serangan mayat hidup seperti Splitter dan Bloater, rasa penasaran dan kecurigaanku semakin memuncak. Ada banyak spekulasi jawaban yang tiba-tiba muncul di kepalaku.

Bagaimana mungkin Horde bisa muncul di dalam ruangan tertutup yang berada di tengah kota, padahal kota itu sendiri telah dijamin keamanannya oleh pihak berwajib? Apakah ini adalah hasil kerja sama suatu kelompok tertentu?

"Albert-san, bisakah kita pergi ke lokasi tersebut?"

"Um, tentu saja, itu bukan masalah. Tetapi mungkin ada sedikit hal buruk di sana, tolong jangan mengeruhkan keadaanmu sendiri, Ardi-san."

"Aku mengerti."

Dengan begitu, kami akan menuju ke tempat paling penting dalam misi kami ini. Di sanalah tempat yang menyimpan banyak informasi berharga bagi kami.


Posting Komentar

0 Komentar