The Irregular Lifeforms Chapter 28 - Dewa Kematian



Dentuman keras menghujani lorong gua, menggema bagaikan bunga api yang dinyalakan bersamaan. Percikan api yang terang beberapa kali menciptakan kilatan yang menyilaukan mata. DI sisi lain, Kagami tengah berdiri berhadapan dengan Astal. Akibat lorong yang berbentuk persegi dan tidak memiliki stalagmit atau stalaktit, laki-laki tersebut kesulitan untuk menghindar dari serangan musuh.

Stage 4 memang pada dasarnya tidak menjadi lawan berat bagi sosok yang telah mampu melawan Stage 9 sendirian, sayangnya dunia ini memiliki sistem aneh yang melawan hukum fisika, meski sejak awal hukum fisiki hampir tidak berfungsi. Sama halnya dengan Kagami yang kekuatannya meningkat setelah menjejakkan kakinya di dunia ini, kejadian serupa pun berlaku untuk Astal yang berasal dari dunia lain.

Kagami menembaki kepala yang berada di bawah. Dia beberapa kali direpotkan dengan adanya lawan berkepala dua atau lebih, karena pastinya mereka memiliki pemikiran yang bercabang. Saat dia berusaha merusak kepala salah satunya, kepala yang lain akan berusaha mengigitnya dan menggagalkan serangan tersebut. Untuk saat ini, dia tidak ada pilihan selain menjaga jarak dan menyerang menggunakan pistolnya.

Geh, sampai kapan ini akan berlangsung? Ruangan selanjutnya ada di belakang makhluk tersebut, tetapi jika aku tidak bisa mengalahkannya, ini akan menjadi masalah yang rumit. Pikirkan! Pikirkan rencana lain!

Dia menggertakkan giginya. Suara langkah kaki yang ramai perlahan terdengar dari belakangnya dengan suara teriakan sebagai pembuka.

"Tuan Kagami? Apa yang terjadi—woi itu! Itu!"

"Haa! Kenapa kita bertemu dengannya di sini?"

"Kenapa Tuan Kagami malah melawannya?!"

Semua petualang kecuali Sakura dan Kreon bergidik ketakutan. Hal tersebut sudah jelas menjadi ancaman mereka, karena makhluk yang mereka lihat saat ini adalah sosok paling ditakuti dari berbagai monster yang ada. Bahkan ada petualang yang menyebutkan bahwa mereka adalah iblis dari para iblis.

"Itu Dewa Kematian! Sial, kita harus meredakan amarahnya!"

"Semuanya! Cepat beri penghormatan dan ampunan kepadanya!"

Ada dua petualang yang tiba-tiba maju ke depan Kagami dan bersujud, bahkan tanpa ragu mereka meletakkan kepala di tanah hanya untuk meminta pengampunan dari siluet yang mereka anggap 'Dewa Kematian'. Selain Sakura dan Kreon, semua petualang bersujud di hadapan Astal.

Tiga orang yang tidak melakukan hal tersebut hanya dapat membuka mulut mereka selebar mungkin, paling lebar adalah mulut Kagami. Dia tidak habis pikir, makhluk seperti itu disembah dan dimintai pengampunan? Mereka sudah gila, ya?

"Tu-Tunggu! Hei! Menjauh darinya!"

Kagami mencoba memperingatkan, sayangnya dia terlambat. Dua petualang laki-laki yang memimpin penyembahan itu di sapu bersih dengan salah satu capit yang ada. Alhasil, keduanya terlempar dan membentur dinding gua dengan luka parah. Kemungkinan kecil mereka pasti mati, dari tekanan serangan tersebut, Astal itu tidak memiliki keraguan sedikit pun. Itu karena mereka terlalu baik untuk di ajak berdamai.

"Sialan!"

Sembari mengaktifkan kekuatan besarnya, Kagami meluncur ke arah Astal tersebut dan memukulnya dengan tangan kosong, hebatnya makhluk itu terlempar ke belakang dengan tekanan kuat yang menyebar ke seluruh penjuru lorong dan bahkan membuat dinding gua bergetar seperti akan runtuh.

"T-Tuan Kagami ... kenapa Anda melawannya? Kita tidak memiliki kesempatan untuk menang!"

"Itu benar! Tidak peduli seberapa kuat Anda, Dewa Kematian bukanlah lawan bagi manusia seperti kita."

"DIAM! DIAM! DAN DIAMLAH!"

Kagami menunduk dengan napas terengah, dia mencoba memperbaiki pernapasannya sembari mengisi tenaga. Tetapi ucapan dari para petualang di belakang membuatnya marah besar. Bisa di bilang ini adalah kemarahan pertamanya di dunia ini.

"Aku akan membuka jalan untuk kalian, lupakan mayat dua orang bodoh di sana. Kreon! Sakura! Aku akan menahan Astal itu, kalian semua fokus untuk mengaktifkan formasi sihir di ruangan selanjutnya."

"A-Astal?"

"Baiklah, serahkan kepada kami!"

Sakura kebingungan, tetapi Kreon dengan cepat menyadari maksudnya dan menjawab dengan lantang. Dia tahu bahwa saat ini Kagami sedang marah besar, jadi tidak ada gunanya menghabiskan waktu selagi dia berada di puncak amarahnya. Itu justru mengakibatkan hal buruk bagi nyawa mereka sendiri.

"Tuan Kagami, kenapa Anda bersikeras ingin melawan Dewa Kematian."

Salah satu gadis bertanya dengan suara ketakutan dan hampir menangis, meski dia dipegangi oleh temannya di samping, tetapi gemetar akan rasa takut tidak bisa hilang begitu saja dari tubuh dan pikirannya.

"'Kenapa'? Kau bertanya 'kenapa'? Jawabannya mudah, jika mereka adalah Dewa Kematian, maka aku adalah pemburu para Dewa Kematian itu sendiri ...."

Kagami menoleh ke belakang. Dia menyeringai tajam dengan sepasang mata merah yang bergejolak seakan hendak membakar mereka yang menatapnya. Di pipi kanannya terdapat tato berbentuk api berwarna merah yang menjalar dari leher hingga menutupi wajah kanannya. Sekilas mirip seperti segel kutukan, tetapi itu murni kekuatan aslinya.

Sakura yang melihat terjatuh lemas dengan kaki yang bergetar hebat. Ekspresinya menjadi ketakutan seakan bertemu dengan raja iblis yang tidak akan pernah dia bayangkan sebelumnya. Aura kematian yang kuat mencuat keluar dari dalam tubuh Kagami, seolah ingin memberitahukan pada makhluk hidup di sekitarnya bahwa kematian mereka sudah berada di ujung mata.

"Oi, Sakura, kau baik-baik saja?"

"K-K-Kagami ... T-Tuan K-Kagami ...."

Kreon yang hendak membantunya berdiri malah menjadi tempat pelarian rasa takut. Gadis tersebut menggenggam erat lengan baju Kreon, bahkan mencengkeramnya dengan kuat.

"Hei, tenangkan dirimu."

Sakura justru semakin ketakutan, dia perlahan dan tanpa sadar menangis di depan kekuatan yang tak diketahuinya. Dia terisak seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga. Di lain sisi, Kagami kembali menghadapi kehadiran Astal yang telah kembali bangkit.

"Meister Level 2: Unstable Astal Form, telah diaktifkan."

Suara pemberitahuan dari Alvis menjadi satu-satunya suara yang terdengar di lorong tersebut. Kagami berjalan dengan santainya untuk mengawali pergerakan dari rencananya. Dia berjalan dengan sombongnya seakan lawan di hadapannya hanya anak kecil yang tidak memberi sedikit pun rasa khawatir untuknya.

Astal tadi kembali bangkit dengan bantuan enam kaki dan dua capit raksasanya. Kini kedua kembali berhadapan, berduel dengan kekuatan terhebat yang mereka miliki. Laki-laki itu perlahan mempercepat langkahnya dan menuju ke arah sang lawan. Dia bergerak ke sisi kanan dan mengepalkan tangan kanannya, bersiap untuk memberi kerusakan pertama setelah memasuki mode Meister Level 2.

"Reverse Shield!"

Dia menghantamkan seluruh kekuatannya bersamaan dengan pengaktifan sihir pelindung. Akibatnya, Astal tersebut harus menerima jumlah kerusakan yang besar dan terkurung di dalam pelindung yang sama seperti saat Kagami mengekang Bloater sebelumnya. Sihir itu sepenuhnya mengurung makhluk tersebut hingga kesulitan untuk bergerak, sebagai gantinya, Kagami harus tetap di sana untuk menjaga kestabilan sihir tersebut.

"Semua! Cepat bergerak ke sana!"

Kreon mengarahkan semua petualang yang tersisa menuju ruang selanjutnya di mana formasi sihir kedua berada. Setelah membantu Sakura berdiri, dia mengikuti dari belakang dan memastikan tidak ada yang tertinggal kecuali mayat dua petualang sebelumnya yang dengan ceroboh mendekati Astal.

Ketika melewati Kagami, Sakura hanya dapat menoleh dengan air mata yang mengalir, seakan tidak ingin membiarkan laki-laki tersebut dalam bahaya sendirian. Akan tetapi, dirinya pun takut untuk mendekati lelaki itu. Hal tersebut membuatnya bimbang dan terpaksa membiarkan dirinya dibimbing Kreon untuk meninggalkan Kagami dan Astal yang masih berduel.

Semuanya telah menghilang dan masuk ke dalam ruangan selanjutnya, di saat yang bersamaan sihir pelindung tersebut mengalami kerusakan akibat kekuatan Astal. Kagami mengerahkan kekuatannya dan mencoba menahannya, tetapi dia gagal dan pelindung tersebut hancur seperti kaca yang pecah berserakan. Salah satu capit meluncur begitu cepat menuju tubuhnya, tak sadar dengan kecepatan tersebut, Kagami membiarkan perutnya tertusuk dengan begitu mudah seolah dia sengaja mengendurkan pertahanannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu lewat! Dengan nyawaku sendiri, aku akan mengulur waktu!"

Kagami membiarkan tubuhnya didorong hingga menghantam dinding, sambil memegangi capit Astal yang masih menusuknya, dia meronta-ronta dan memukul capit tersebut hingga mengalami keretakan. Dia mengangkat tangannya dan dengan kuat menghempaskannya ke bawah, lantas suara patah dan hancur terdengar bersamaan. Pada saat itu, capitnya hancur dan makhluk itu mundur ke belakang.

Kepala bagian atas mencoba menggigit Kagami, tetapi dia segera memukulnya menjauh, tanpa sadar serangan kedua muncul dari capit kanan. Akhirnya Kagami dibuat terbang dan menghantam dinding sekali lagi.

"Guh!"

Darah merah yang segar mengalir dari mulutnya, dia mengusapnya sesegera mungkin dan kembali bangkit sembari memegangi perutnya yang terluka. Meski memiliki kemampuan regenerasi yang sama seperti Astal, rasa sakit akan luka tetaplah ada dan tidak akan bisa dihilangkan begitu saja.

"Ini baru saja dimulai!"


SebelumnyaDaftar Isi | Selanjutnya

Posting Komentar

0 Komentar