The Irregular Lifeforms Chapter 24 - Pertarungan Melawan Bloater


Makhluk berkulit hitam pucat itu berlari lurus ke arah Kagami. Laki-laki itu dengan segera menekan pelatuknya dan menembakkan peluru plasma, tetapi serangan tersebut justru memantul ketika bersentuhan dengan kulit Bloater tersebut.

Dengan sedikit panik Kagami berjalan mundur dan menjaga jarak sambil terus menembaki Bloater. Sayangnya makhluk itu bisa dengan cepat menutup jarak di antara mereka dan mengayunkan tangan kanannya yang besar seperti binaraga.

Kagami melakukan rolling ke samping kiri untuk menghindarinya. Keringat mengalir deras di wajahnya. Dia segera mengganti pelurunya dengan peluru sihir beratribut petir, lalu menembak Bloater dari samping. Percikan cahaya yang mengenai tubuh monster itu hanya lenyap seakan tidak berefek.

Sial! Dia kebal dengan seranganku!

Kagami menggertakkan giginya. Dia segera melompat saat makhluk itu menghadap ke arahnya dan hendak menyambar kakinya dengan tangan kiri. Tetapi sayang, tangan kanan makhluk itu telah lebih cepat dari Kagami. Akibatnya, tubuh sebelah kirinya menerima serangan telak Bloater itu hingga membuatnya terlempar jauh menghantam dinding gua.

"Ah!"

"Tuan Kagami!"

Sakura yang terkejut dengan serangan tersebut meneriakkan nama laki-laki yang dia kagumi dalam beberapa waktu lalu. Dia yang sejak lahir merasakan diskriminasi akibat rumor kutukan di tubuhnya, merasa nyaman ketika Kagami memerlakukannya dengan penuh kasih.

Gadis muda yang membawa katana dengan gagang merah darah langsung meluncur ke arah Bloater dan menebasnya.

"Beraninya kau melukai Tuan Kagami!"

Sakura menyerang punggung monster itu beberapa kali, kemudian mengambil jarak sesegera mungkin. Bloater itu meraung keras dengan darah merah yang mengalir deras di punggungnya. Dia meronta-ronta sambil menghantamkan tangannya ke dinding gua.

"Tuan Kagami! Apakah kau masih sadar? Tuan Kagami!"

Berkali-kali gadis itu memanggil namanya, tetapi Kagami tidak menjawabnya. Dia masih tertunduk lesu sejak mendapat serangan tadi.

Kagami kini tengah memegangi lengan kiri atasnya, dia menyadari ada anomali pada bagian tersebut.

Sial! Tulang lenganku patah! Sialan!

Dia mengumpat sekeras mungkin, tentunya itu hanya di dalam pikirannya. Kagami sekilas melihat pertarungan Sakura dan Bloater tersebut, dan dari situ dia segera menyadari bahwa lawannya memiliki resistensi tinggi terhadap sihir, tetapi begitu mudah dihancurkan dengan serangan fisik. Dengan begitu ....

"Sakura! Tunggu aba-aba dariku, setelah waktunya nanti, tusuk bahu monster itu dengan kekuatan penuh."

"B-Baik, Tuan Kagami!"

Kagami memasukan pistolnya ke dalam holster dan mengambil batu di sekitar tempatnya terduduk lesu. Dia mengubah batu tersebut menjadi katana yang telah terbukti ketajamannya. Dia berjalan dan berhenti di sebelah kiri Sakura.

"T-Tuan, apakah kau baik-baik saja?"

"Um, ini hanya patah tulang, abaikan saja."

"Tetapi—"

"Kreon, bantu aku untuk untuk menahan monster ini!"

"Baiklah, Tuan Kagami."

Pria yang begitu menghormati Kagami karena memiliki kekuatan yang tak diketahui itu segera mengambil kapak besar di punggungnya dan berjalan ke samping kiri Kagami.

Kagami, Sakura, dan Kreon bersiaga setelah Bloater yang sempat hilang kendali tadi kembali menjadi normal dengan luka di punggung yang telah tiada. Makhluk setinggi tiga meter itu kembali berjalan normal ke arah mereka bertiga seakan tidak kenal takut.

Hmm ... regenerasinya lumayan cepat. Kalau begitu ....

Kagami langsung melesat ke arah Bloater dari depan dan mengayunkan katananya ke dada makhluk tersebut secara diagonal. Tentu saja darah segera menyembur keluar. Kagami segera mundur dengan cepat mengetahui makhluk itu hendak mengincarnya yang masih terluka pula.

"Physical Enhangce!"

Lalu tiba-tiba Kreon muncul dari sisi kanan monster itu dengan tubuh diselimuti aura merah dan mengayunkan kapaknya ke tubuh Bloater itu hingga terhempas menabrak dinding. Kagami hendak maju dan melanjutkan serangan tersebut, tetapi dia sempat terhenti akibat luka di tangannya. Perasaan tidak nyaman itu juga membuat keseimbangannya menurun.

Namun laki-laki itu tetap memaksakan diri dan berlari ke arah Bloater.

"Sakura! Bersiaplah!"

"B-Baiklah."

Sakura mengikuti Kagami dari belakang dan mendekat ke arah monster yang tengah terkulai di lantai gua. Saat keduanya hendak mendekat, Bloater itu meludahkan sesuatu ke arah Sakura, tetapi Kagami langsung muncul ke depan gadis itu dan menerima sesuatu yang diludahkan monster itu dengan tangan kanannya yang masih memegang katana.

"Sekarang!"

Kagami dan Sakura mengarahkan katana mereka masing-masing ke bahu Bloater itu. Tekanan yang kuat membuat bilah tajam itu dengan mudah menembus kulit makhluk tersebut hingga menyentuh dinding gua.

Setelah berhasil menusuknya, keduanya mundur dan mengambil jarak. Monster itu menahan lukanya dan mencoba untuk segera berdiri.

Sial! Jika begini akan ....

"Alvis! Keluarkan Particle Grenade!"

Sebuah granat muncul di depan Kagami. Dia langsung saja menyambar granat tersebut, kemudian memperpendek jaraknya dengan si Bloater dan melompat ke atasnya. Dia menaiki pundak monster tersebut dan menjepitkan kakinya dengan kuat.

Tanpa menunggu aba-aba, Kagami melepaskan cincin granat dengan giginya dan memasukan granat partikel ke dalam mulut Bloater tersebut. Dengan ceroboh dia ikut memasukkan tangan kanannya seakan tidak memerhatikan bahaya apabila monster itu menggigit lengannya hingga tertahan dan terkena ledakan. Beruntunglah, Bloater itu tidak melakukannya.

Kagami melompat turun dan mengulurkan tangan kanannya. "Reverse Shield," cahaya hijau membentuk lapisan yang melingkar dan menutupi Bloater, menciptakan ruangan khusus seperti tempat penyegelan.

Ledakan besar tiba-tiba muncul dan membuat getaran kuat pada perisai sihir tersebut. Suara benda yang terlempar dan terjatuh dengan mudah terdengar setelahnya. Kepulan asap yang awalnya memenuhi perisai sihir itu mulai menghilang dan memerlihatkan tubuh Bloater yang telah hancur lebur hingga tidak berbentuk lagi. Gumpalan daging hitam berceceran di lantai dengan bekas ledakan yang juga menghitam.

"Hah ... akhirnya selesai juga, tetapi ...."

Kagami melihat punggung tangan kanannya. Kulitnya meleleh dan terlihat bekas luka yang menyakitkan meski hanya sekadar untuk dilihat.

Jadi dia memiliki ludah asam, ya? Aku benar-benar sangat tidak beruntung kali ini.

Setelah mengambil katana milik Sakura yang tergeletak di lantai, Kagami memutar badannya untuk segera mendekati gadis tersebut. Dengan wajah sedikit menyesal, dia menatap Sakura.

"Emm, maafkan aku, Sakura, aku membuat pedangmu menjadi berlumuran darah."

"Mmm, itu masih bisa saya bersihkan nanti. Tetapi, Tuan Kagami ...."

"Ada apa?"

Gadis itu menatap kedua tangan Kagami dengan wajah lesu. Raut wajahnya yang sedih menodai rupa cantiknya. Kagami yang mengerti maksud gadis itu hanya tersenyum sambil mengucapkan, "Ini hanya luka kecil."

Begitu entengnya Kagami mengucapkan kalimat tersebut, membuat wajah Sakura menuliskan kesan lain yang sulit dimengerti. Perlahan, suara serak keluar dari mulut gadis itu. Dia terisak meski tidak menyebabkan kesalahan apapun. Kreon yang ada di sampingnya menyentuh pundak gadis itu untuk menenangkannya.

"Hei, hei, asal kau tahu saja, Tuan Kagami itu orang yang sangat kuat. Bahkan dia bisa meledakkan tubuh Hunter itu dengan benda aneh yang tiba-tiba muncul. Jadi, kau tidak perlu khawatir."

Meski telah mencoba menghiburnya, gadis itu tetap belum mau diam. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya yang memerah.

Saat begini, aku harus bilang apa ya?

Melihat seorang gadis menangis justru membuat Kagami berpikir dua bahkan tiga kali lebih keras untuk membuat suasana itu berubah. Dia benar-benar tidak memiliki pengalaman satu pun untuk menghentikan seorang gadis muda yang menangisi sesuatu yang menurut mereka berharga.

Lengan kirinya patah, tangan kanan memiliki luka akibat cairan asam. Baginya hal itu hanyalah luka kecil yang bisa sembuh secara otomatis karena dia memiliki gen Astal. Tetapi orang lain yang tidak tahu akan rahasia itu akan menganggapnya luka fatal dalam sebuah pertempuran.

Kagami mengangkat tangan kanannya dan meletakkannya ke atas rambut merah muda milik Sakura dan mengusapnya pelan. Bagian telapak tangannya yang tidak terluka bisa dengan mudah membelai kepala tersebut. Gadis tersebut tersentak kaget dan mendongakkan kepalanya, ketika mata di antara mereka saling bertemu, senyuman Kagami berhasil menusuk hati Sakura.

Akibatnya, gadis itu pun tersenyum lembut, dengan mata berkaca-kaca. Sakura langsung menyambar tubuh Kagami dengan pelukan hangat, bahkan ketika dadanya yang berukuran 11-12 dengan Schana menekan tubuhnya, Kagami hanya bisa membuat senyum pahit di wajahnya.

"Tuan Kagami, kami sudah selesai mengaktifkan formasi sihirnya."

"Um, kerja bagus."

Mereka berdelapan yang telah menyelesaikan formasi tersebut tersenyum puas dengan pujian Kagami. Lantas mereka mendekati Kagami dan berkumpul di sekitarnya. Melihat Kagami yang tengah terluka, salah seorang yang memiliki sihir penyembuhan menawarkan bantuannya, dan Kagami menerimanya. Meski dia memiliki regenerasi otomatis, tetapi dia ingin orang lain menolongnya dengan tujuan agar mereka bisa saling mempererat hubungan satu sama lain dan menjadi lebih akrab.

"Lalu setelah ini bagaimana?"

"Ah, ya, ada sebuah formasi di seberang gua ini. Cukup jauh, tetapi kita bisa ke sana dengan cepat jika tidak ada halangan atau jebakan. Kemudian ada juga satu di bawah tanah, dan ada tangga untuk menuruninya. Jadi tidak perlu khawatir."

"Wah, Anda telah menganalisismya dengan cepat. Anda sangat hebat, Tuan Kagami."

"Yah, bukan begitu, aku juga bergantung pada peralatanku."

Kagami melihat ke Device di tangan kirinya yang masih berusaha disembuhkan oleh seseorang, tetapi daripada mengkhawatirkan hal itu.

Sampai kapan gadis ini akan memelukku? Dia melirik ke Sakura yang masih membenamkan wajah ke dadanya. Mungkinkah dia tidur?

Kagami menyingkap rambut yang menutupi wajah Sakura. Gadis itu terlihat memejamkan kepalanya dan dengan senyum bahagia sambil terlelap di pelukan laki-laki tersebut. Petualang lain yang melihatnya awalnya berekspresi jijik dan ingin mengoloknya, tetapi setelah melihat wajah imut gadis itu saat tidur, pikiran mereka perlahan berubah.

"Yah, dia tidak seburuk yang aku bayangkan."

"Kau benar, lagi pula dia juga telah membantu Tuan Kagami dan Ketua Kreon melawan Hunter."

"Tentu saja, walau begitu dia memiliki lencana berbintang lima. Dia jelas lebih kuat dari kita semua."

"Tidak semua kok, yang terkuat dan paling keren adalah Tuan Kagami. Kalian lihat 'kan tadi saat dia dengan berani memasukkan tangannya ke mulut Hunter tadi."

"Dan dia tadi juga menangkis cairan yang di semburkan ke arah gadis itu."

Semua saling membicarakan Kagami di depan orangnya langsung. Meski itu adalah bentuk rasa syukur mereka, tetap saja rasa malu muncul di raut wajah laki-laki yang menjadi perbincangan hangat itu.

Kagami memejamkan mata dan tersenyum tipis. Dia melepaskan rasa lelahnya yang perlahan hilang dan yang masih melekat akibat Sakura menindih tubuhnya.


Posting Komentar

0 Komentar