The Irregular Lifeforms Chapter 23 - Sebuah Usaha


Setelah memasuki gua dan menemukan para petualang yang hilang, Kagami berhasil menjumpai Sakura Aigiri yang sebenarnya menjadi target dalam penyelamatan kali ini. Gadis itu sekarang tengah terbuai oleh belaian Kagami, dia menolak untuk melepaskannya saat laki-laki itu hendak pergi. Tetapi setelah beberapa saat berlalu, tangan Kagami dapat kembali bebas.

“Apa kau lapar?”

“Ya ....”

Gadis tersebut menjawab lirih, seolah suaranya ditekan dan tak mau keluar. Tatapan matanya memperlihatkan seakan dia adalah seekor serigala yang ditinggalkan kawanannya. Hal tersebut tentunya membuat Kagami sedikit khawatir.

Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hijau dari Device, lalu cahaya terang bak lampu menghapus kegelapan di sekitar. Kagami melepaskan kotak itu di udara dan membiarkannya melayang. Semua petualang yang melihatnya dari kejauhan menjadi tertegun.

Kagami kembali mengotak-atik Device-nya, dan kali ini dia mengeluarkan sebuah kotak makan. Dia lantas membukanya dan memberikannya kepada Sakura.

“Makanlah ini.”

“A-Apakah boleh?”

“Tentu saja.”

Gadis itu lalu memakannya dengan lahap, seperti belum pernah merasakan masakan itu. Ruangan itu menjadi hening, beberapa petualang yang lainnya masih saling menghangatkan tubuhnya di depan api unggun yang terbuat dari arang.

Namun Kagami tidak perlu membuat api unggun untuk mendapatkan kehangatan yang sama, berkat kotak kecil yang mengeluarkan cahaya dan panas, hal itu sudah cukup sebagai penghangat di sekitar mereka berdua.

“Makanlah dengan tenang, aku akan mencari informasi dari mereka.”

Sakura mengangguk-angguk dengan mulut penuh makanan. Pipinya yang mengembang membuat Kagami sedikit menahan tawanya. Laki-laki itu kemudian mendekati para petualang tersebut.

“Apakah kalian sudah mencoba keluar dari tempat ini?”

“Sudah, tetapi sangat sulit.”

“Kami berkali-kali mencoba untuk kabur, tetapi hal itu sangat sulit dilakukan.”

“Apa yang membuat kalian kesulitan?”

“Kau tahu, ada Dewa Kematian di tempat ini, itulah yang membuat kami kesulitan untuk kabur.”

“Selain itu, ada juga Hunter di gua ini.”

Kagami mengangkat sebelah alisnya, dia bingung dengan kedua hal yang baru diceritakan oleh para petualang laki-laki. Di pikirannya mungkin Dewa Kematian lebih mirip seperti Grim Reaper, sedangkan Hunter adalah pemburu. Tetapi dia masih tidak mengerti maksud itu semua.

“Dewa Kematian? Hunter? Kira-kira seperti apa mereka?”

“Dewa Kematian adalah makhluk misterius yang membunuh banyak orang-orang dengan niat jahat, tetapi jika kita memohon ampun kepada mereka, tentu mereka akan membiarkan kita hidup.”

“Lalu dengan si Hunter ini?”

“Itu adalah monster tingkat tinggi. Mereka berbentuk seperti manusia gemuk dan menyerang makhluk apapun yang ada di depan mereka.”

“Oh, itu mengerikan. Apakah kalian tahu jumlahnya?”

Mendengar pertanyaan yang mustahil itu, semua orang menggeleng pelan. Bagaimana mungkin mereka sempat menghitung jumlah Hunter yang pada kenyataannya melawan satu Hunter saja telah cukup sulit bagi petualang bintang empat.

Kagami membuka peta pada Device-nya dan melihat seberapa luas gua ini. Setelah peta berbentuk tiga dimensi itu timbul di udara. Semua petualang yang melihatnya kembali mengeluarkan kalimat ‘ouh' dan tertegun lagi. Mereka benar-benar melihat sebuah alat canggih yang dengan mudah memetakan sebuah gua yang rumit untuk dilakukan dengan cara konvensional.

“Itu hebat, Tuan.”

“Jangan-jangan Anda ini adalah seorang bangsawan, ya?”

“Bukan, aku hanya petualang biasa.”

Peta tersebut memperlihatkan berbagai lorong yang panjang dan bercabang, selain itu, gua ini juga memiliki lantai kedua yang berada di bawah tanah.

“Bagaimana cara kalian keluar dari sini?”

“Kami menemukan ada sebuah batu dan di atasnya terdapat formasi sihir. Kami mencoba mengaktifkannya, tetapi memerlukan waktu cukup lama, setelah selesai, ada getaran aneh di lantai gua. Setelah itu Hunter muncul dari lorong gelap dan mencoba membunuh kami semua.”

“Berapa lama waktu yang kalian perlukan untuk menyelesaikan formasi sihir itu?”

“Sekitar satu jam. Setelah itu formasi sihir kembali rusak dengan sendirinya. Karena itulah kami mencoba membenahinya lagi, tetapi Hunter itu selalu kembali menyerang kami.”

Kagami memikirkan setiap informasi yang mereka berikan, dia dengan cermat menyerap kata yang sepertinya menjadi sebuah kunci untuk membuka jalan keluar.

“Tuan Kreon, bisa kau beri tahu aku, di mana letak formasi sihir itu?”

“Tentu.”

Pria paruh baya itu menunjuk salah satu ruangan. Kemudian Kagami melakukan sesuatu pada Device-nya, setelah beberapa saat, sebuah titik biru muncul di tengah ruangan itu.

“Untuk berjaga-jaga, aku ingin tahu apakah benar-benar hanya ada satu formasi sihir yang harus diaktifkan.”

“Apakah itu mungkin? Maksudku apakah ada formasi sihir lain yang harus diaktifkan?”

“Itu hanya asumsi pertamaku, semoga saja tidak ada.”

Peta kembali menelusuri seluruh wilayah gua. Dua titik baru tiba-tiba muncul di ruangan lainnya. Salah satu berada di seberang gua yang cukup jauh, dan satunya berada di bawah tanah. Kagami yang menemukan hal itu membuka kedua matanya lebar-lebar seperti telah menemukan permata berharga.

“Tidak mungkin. Untuk keluar dari gua ini, kita harus mengaktifkan tiga formasi sihir, sepertinya kita akan melawan tiga Hunter selama berada di dalam gua ini.”

“Apa? Itu mustahil! Rata-rata dari kami hanya petualang bintang tiga, dan hanya ketua Kreon yang bintang empat.”

Mereka membuat wajah putus asa. Ketiga perempuan di situ saling berpelukan dengan tubuh gemetar ketakutan. Semua mungkin tidak habis pikir untuk keluar dari tempat ini memerlukan pengorbanan yang hampir mustahil dilakukan. Kreon yang melihat Kagami dengan wajah aneh lantas melontarkan sebuah pertanyaan.

“Ngomong-ngomong, tuan Kagami, Anda datang ke tempat ini sendirian tanpa terluka. Anda sebenarnya petualang bintang berapa?”

"Itu benar, tuan Kagami, aku ingin mengetahuinya."

"Aku juga, Tuan."

"I-Itu ...."

Kagami sepertinya tidak mau banyak bicara tentang hal itu, langsung saja dia mengeluarkan lencana bintang miliknya dan memperlihatkannya kepada semua petualang. Saat tujuh bintang tersebut menyala terang, semua wajah petualang berubah drastis. Antara percaya dan tidak percaya, mereka hanya dapat membuka mulut lebar-lebar untuk menunjukkan ekspresinya sekarang.

“Apakah ini mimpi? Apakah ini benar hanya mimpi?”

“Seorang petualang bintang tujuh, itu seperti legenda pahlawan terdahulu yang bertarung melawan Raja Iblis.”

“Aku tidak mau kalian membicarakannya secara berlebihan. Lagi pula kita harus segera keluar dari sini. Semuanya, ayo!”

“Ya!”

“Siap!”

Selama mereka mengemasi barang bawaan, Kagami kembali menghampiri Sakura yang telah menyelesaikan acara makannya. Jika dipikir ulang, dia sedikit menemukan keanehan dari gadis tersebut. Tentu saja nama itu menjadi titik fokus rasa penasarannya.

“Hmm, Sakura, boleh aku bertanya sedikit tentangmu?”

“Un, silakan, Tuan.”

“Jangan memanggilku begitu, namaku adalah Kagami Kiriyama. Kau bisa memanggilku Kagami.”

“Tidak, rasa hormatku ini pantas diberikan untuk pria seperti Anda, tuan Kagami. Emm, apa yang ingin Anda tanyakan?”

“Ah, iya. Sebenarnya, namamu itu, siapa yang memberinya?”

Telinga kelincinya berdiri tegap, saat Kagami menanyakan hal tersebut, wajah Sakura sedikit memerah. Dia mengalihkan tatapannya dan memberi jeda sebelum menjawab.

“Itu ... adalah pemberian ayahku. Apakah sangat aneh? Pasti aneh 'kan? Beberapa orang bilang namaku sangat aneh?”

“Tidak, itu nama yang indah. Jika aku boleh bertanya, apakah ayahmu pernah menyinggung tentang suatu tempat bernama Jepang dan dunia lain?”

“A-Anda benar! Dia pernah menceritakan tentang sebuah negara bernama Jepang dan dunianya. Dari mana Anda tahu hal itu?”

“Kita akan bicarakan hal itu nanti saja.”

Saat rasa penasaran menggerogoti pikiran Sakura, baginya untuk melihat orang yang begitu baik seperti Kagami adalah sebuah kesempatan langka, makanya dia mungkin akan sedikit sulit untuk lepas darinya. Dia melihat beberapa petualang telah siap dengan barang bawaan mereka dan akan segera melakukan perjalanan.

“Emm, tuan Kagami, apakah kau juga akan membawa orang itu?”

“Tentu, dia juga komponen penting dalam kelompok ini.”

“Tetapi, dia ‘kan ....”

Salah satu perempuan hendak protes, tetapi perlahan terdiam dan menundukkan kepala. Dia tidak berani mengatakan lebih mengingat sekarang Kagami merupakan petualang terkuat di tempat ini.

“Tenang saja, aku jamin dia tidak akan menularkan kutukannya kepada kalian. Jika itu terjadi, aku akan bertanggung jawab secara langsung.”

Perempuan tersebut mendongak senang saat mendengar ucapan itu keluar dari mulut Kagami dengan kepercayaan penuh. Aura tegas dan penuh rasa tanggung jawab muncul dari tubuhnya, seolah dia adalah orang yang pantas untuk dipercayai. Sikap elegan dan simpel yang dikeluarkannya pun seakan memikat pikiran mereka untuk selalu tertuju pada Kagami.

Mau atau tidak, mereka harus menerima keputusan itu. Sejak awal, keinginan Kagami hanya untuk membawa kembali Sakura, dan tidak berharap untuk bertemu mereka semua. Karena telah telanjur bertemu, dia pada akhirnya harus membawa beban yang lebih berat di pundaknya.

Sebelas orang itu bergerak dengan formasi Kagami berada di depan, Sakura berada sedikit di belakangnya, Kreon di bagian paling belakang dan sisanya menempati posisi aman di tengah. Tentunya saat ini Kagami yang menjadi ketua Party.

Dengan pengalamannya yang pernah membawa divisi paling mematikan yang semua personelnya merupakan manusia setengah Astal. Tentu sebagai manusia setengah Astal terkuat, dia mampu membawa semua orang kuat yang telah percaya kepadanya.

Namun membawa orang-orang baru yang pengalamannya belum terukur jelas, hal ini tentu membuatnya berpikir tiga kali lebih keras untuk menyiapkan rencana sebaik mungkin.

Setelah berjalan sebentar, mereka menemukan ruangan pertama. Di sana terlihat ada lapisan selaput berwarna hijau muda cerah. Mereka lantas memasukinya tanpa ragu. Di sana hanya sebuah ruangan kosong dengan batu berbentuk persegi panjang yang berada di tengahnya, lalu sebuah formasi sihir kecil berwarna abu-abu timbul di atasnya.

Kagami mendekatinya dan memeriksanya dengan dekat. Di sampingnya, Kreon mendampinginya untuk menjelaskan cara kerjanya.

“Untuk menyelesaikan formasi sihir ini, salah satu dari kami akan mengisinya dengan Mana kemudian prosesnya akan terjadi sendiri. Karena membutuhkan waktu banyak, kerap kali Hunter datang sebelum kami menyelesaikannya. Karena itu, sisanya akan bertarung melawan monster tersebut.”

“Jadi begitu, ya. Baiklah, aku mengerti cara kerjanya. Mulai dari sekarang aku akan menyiapkan rencana.”

“Baiklah, aku akan mengumpulkan anggota lainnya.”

Semua anggota berkumpul mengelilingi batu tersebut, mereka berdiam diri di belakang tubuh Kreon yang berseberangan dengan Kagami. Sedangkan di belakang Kagami, Sakura hanya dapat mengintip. Para petualang selain Kreon jelas-jelas masih takut untuk berada lebih dekat dengan Sakura. Tetapi Kagami lebih mengabaikan hal itu dan tidak akan memaksakan kehendak mereka.

“Begini, karena menurut perkiraanku, seberapa lama formasi ini dapat diaktifkan adalah berdasarkan berapa banyak orang yang mengalirkan Mana ke dalamnya. Aku ingin kalian bersembilan fokus untuk mengisi formasi sihir ini dengan Mana kalian. Sampai di sini apakah kalian mengerti?”

“Um, aku mulai mengerti.”

“Aku juga sudah jelas.”

Satu persatu dari mereka mulai memahami apa yang dipikirkan Kagami. Lalu dia melanjutkan rencananya.

“Jika ada Hunter yang datang, aku akan menjadi yang pertama menghadapinya, untuk Sakura, aku ingin kau berada sedikit di belakangku dan berjaga-jaga jika aku kesulitan. Tetapi jika Sakura ikut kesulitan, aku ingin Kreon ikut bertarung. Selain itu, kalian jangan berhenti berkonsentrasi untuk mengaktifkan formasi ini, mengerti?”

Mereka mengangguk sangat mantap. Penjelasan yang singkat dan mudah mereka mengerti membuat semua mengambil posisi mengelilingi batu tersebut. Kagami dan Sakura yang segera bersiap juga telah menghadap ke lorong untuk menjaga pintu masuk.

Kagami yang lebih mengandalkan pendengaran dan radar pada Device akan lebih memudahkannya dalam mendeteksi kedatangan Hunter tersebut. Dia menyiapkan pistolnya dan mulai mengamati radar pada peta.

Cahaya biru mengalir dari tubuh semua petualang yang mencoba mengaktifkan formasi sihir. Setelah Mana yang mereka keluarkan diserap, cahaya merah muncul dan mulai menutupi formasi yang sebelumnya berwarna abu-abu.

Mereka melakukan dengan baik dan sedikit terkejut, karena pengaktifan formasi itu hampir 10 kali lebih cepat dari usaha mereka sebelumnya. Kagami hanya dapat tersenyum puas melihat mereka terkejut senang.

Tiba-tiba sebuah getaran muncul. Salah satu dari mereka mulai panik dan melihat ke arah pintu masuk, tetapi Kagami menoleh dan mencoba meyakinkannya.

“Jangan khawatir, jika ada yang mati, maka yang pertama adalah diriku.”

Kagami mengucapkannya penuh percaya diri, hal itu sontak membuat para petualang perempuan mulai tertarik dengannya, dan jika ada kesempatan, mereka pasti akan berusaha menggunakannya.

Getaran ringan itu perlahan berubah menjadi guncangan cukup keras. Kagami melihat ke arah radar, di sana muncul titik besar merah yang bergerak sekitar tiga meter per detik. Dia lantas mengarahkan moncong pistolnya ke arah pintu masuk sembari beberapa kali melirik Device-nya.

“Tunggu dulu, aku belum pernah bertemu Hunter ‘kan? Kenapa aku telah menandainya dengan warna merah? Sejak kapan aku menemuinya?”

“Ada apa, tuan Kagami?”

“Eh? Bukan apa-apa, lupakan saja.”

Kagami merasa was-was dengan hawa kehadiran itu, seakan dia pernah bertemu dengan makhluk tersebut. Dia menatap tajam sambil berpikir keras.

Saat itulah, semuanya terjawab dalam satu kalimat. Makhluk yang telah memasuki pintu ruangan, berlari dengan kecepatan sedikit lambat, tubuh yang besar dan perut buncit yang memantul kasar, kulit berwarna hijau gelap, serta memiliki wajah rusak parah.

“Mustahil! Itu Bloater!”


Posting Komentar

0 Komentar