The Irregular Lifeforms Chapter 18 - Tujuan dan Alasan


Lily dan Schana segera menghampiri Kagami yang juga berjalan ke arah mereka. Lily segera melompat dan memeluknya. 

“Selamat, Master! Master memang yang terbaik!” 

Gadis kecil itu memujinya dengan penuh kebanggaan. Sedangkan Schana hanya dapat melihat Kagami dengan wajahnya yang merah padam. Pada awalnya dia tidak mengira Kagami akan mampu mengalahkan monster itu. Hal tersebut terjadi tidak terlepas dari pengalamannya yang telah melihat banyak laki-laki tewas akibat melawan monster tersebut. 

Kini setelah semua terbukti tepat di depan matanya, cara Schana memandang Kagami pun mulai berubah. Dia yang sebelumnya memandang laki-laki itu dengan tatapan rendah, sekarang terlihat begitu tertarik. 

“Apakah kau terluka, Lily?” 

“Tidak, Master! Semua berkat nona Schana yang telah melindungiku.” 

“Syukurlah ....” 

Kagami mengelus kepala gadis kecil itu, sesaat kemudian dia melirik Schana. 

“Baiklah, lebih baik kita kembali saja. Sudah tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan di sini.” 

“Baiklah, Master!” 

Mereka lalu saling bergandengan tangan dan berbalik arah, mengabaikan Schana yang tengah tersenyum kecut. Dia seakan hendak meledakkan amarahnya, tetapi tak mampu. 

“Tu-tunggu dulu! Kenapa kalian meninggalkanku?” 

“Heh? ‘Kenapa’? Bukankah sekarang segelnya harusnya telah hilang? Kau bisa pergi ke mana pun kau suka.” 

“Itu tidak bisa! Kau telah mengalahkan monster tadi! Seharusnya kau membawaku! Itu sebagai bukti bahwa aku menepati janji dalam pengorbananku!” 

“Tidak mau! Aku tidak memiliki alasan untuk membawamu pulang bersamaku.” 

“Hah ...?” 

Mereka memulai perdebatan. Lily yang masih polos hanya dapat terdiam dengan memiringkan kepala. 

Tiba-tiba sebuah gelombang resonansi berwarna ungu meledak di antara Kagami dan Schana. Kagami yang terkejut hanya bersiaga dengan menyentuh Device-nya, sedangkan Schana terdiam seakan telah mengetahui hal tersebut akan terjadi. 

“Apa itu tadi?” 

“Yah, sebuah pertanda bahwa kau harus bertanggung jawab!” 

“Untuk hal apa?” 

“Entahlah.” 

Ruangan di sekitar mereka berubah warna sedikit keunguan. Kagami mulai mengamati hal di sekitarnya dan mendapati Lily yang tidak bergerak sedikit pun. 

“Ini ... tidak salah lagi, mirip seperti Time Fracture milikku.” 

“Yup! Itu benar, anak muda. Kau memang cepat tanggap, ya? Hahaha ....” 

Suara asing itu langsung menembus telinga Kagami. Dia segera menoleh ke belakang untuk memastikan siapa pelakunya. Saat itulah, dia melihat pria tua dengan rambut penuh uban dan jenggot putih yang panjang. 

Kagami mengerutkan keningnya dan menatap tajam pria tua tersebut. 

“Siapa kau?” 

“Aku? Ya, kau bisa memanggilku sebagai utusan.” 

“Utusan?” 

“Um! Sebelumnya, aku berterima kasih karena kau telah mau datang ke dunia ini, dan kemudian membebaskan Schana dari segel yang kupasang selama ini.” 

Pria tua itu memakai pakaian putih polos yang menjuntai dari bahu hingga ujung kakinya. Di tangan kirinya terdapat benda bulat yang cukup banyak, mungkin seperti tasbih. Sorot matanya yang halus dengan senyuman yang seakan dapat menghilangkan beban dunia terlihat begitu menakjubkan. 

“Ah! Dewa, terima kasih Anda telah mau datang ke tempat ini!” 

“Um! Tentu saja. Aku ingin segera melihat calon suamimu yang telah jauh-jauh kupersiapkan.” 

“Apa maksudmu?” 

Kagami tiba-tiba menyela ke dalam percakapan. 

“Yah, kau tahu ... untuk membuatmu datang ke dunia ini memerlukan persiapan yang matang, Kagami.” 

“Persiapan?” 

“Kau ingat, beberapa bulan lalu saat salah satu pasukan dari sebuah negara di duniamu memerlukan bantuan karena telah dijadikan umpan? Lalu kelompokmulah yang telah menyelamatkan mereka. Setelah itu kau bertemu dari pimpinan kelompok itu yang kemudian menceritakan tentang salah satu faksi pengkhianat.” 

“Itu ... pasti Murazawa yang kau maksud?” 

“Itu benar, dia adalah awal dari semua rencanaku sebelum akhirnya kau berhasil masuk ke dunia ini.” 

“Jadi semua serangan dan tentang kerusakan portal itu termasuk dalam rencanamu?” 

“Benar! Sudah kubilang, ‘kan? Aku mempersiapkannya dengan matang selama berbulan-bulan agar orang di duniamu itu percaya bahwa itu resmi kecelakaan.” 

“Guh ....” 

Kagami memancarkan cahaya tajam dari sorot matanya, kedua tangannya mengepal dengan kuat. Sesaat tubuhnya berkedip samar-samar dan menghilang dalam satu kedipan mata. Beberapa saat, tubuhnya ditemukan tepat di belakang pria tua tersebut. 

Dengan cahaya ungu tipis yang menyelimuti seluruh tubuhnya, dia berhenti tepat sebelum berhasil menghantamkan pukulannya. Tubuhnya tidak bergerak sedikit pun, tetapi dari tatapan matanya yang penuh dengan ekspresi terkejut, menyiratkan seperti apa kekhawatiran yang ada di pikirannya. 

“Ya ... menyerang orang tua itu tidak baik, Kagami.” 

“Haha ....” 

Device di lengan kirinya memancarkan cahaya sesaat dan kembali mati. Kemudian laki-laki itu tersenyum licik seakan kemenangan berada di pihaknya. Meski dia tahu bahwa pria tua itu menggunakan sihir khusus yang serupa dengan Time Fracture untuk menghentikan pergerakan Kagami. 

“Ada apa?” 

“Tidak, hanya saja ... terima kasih atas makanannya.” 

Cahaya ungu perlahan menghilang dari tubuhnya. Kagami mulai memperbaiki sikapnya dan merapikan pakaiannya. Pria tua itu memahami arti dari ucapan terima kasih milik Kagami. Dia tahu betul kekuatan yang ada pada alat khusus tersebut. Tetapi pria tua itu membiarkannya begitu saja. 

“Kurasa kita bisa mulai berbicara secara baik-baik.” 

“Apa yang ingin kau bicarakan?” 

“Aku hendak menikahkanmu dengan Schana.” 

Kagami terdiam dengan mata terbuka lebar, seperti tiba-tiba melihat bencana yang melintas  di hadapannya. Dia mendengar kalimat yang dirasakannya belum pantas untuk dilakukan. 

“Ha! Apa maksud ucapanmu, kakek? Tu-tunggu! Kenapa wajahmu memerah!” 

“Ya, ya ... tentu saja karena aku akan segera menikah denganmu, Kagami.” 

Schana memalingkan wajahnya yang tersipu. Sedangkan pria tua tersebut hanya tersenyum kecut melihat tingkah laku wanita itu. 

“Yah, Kagami ... Schana telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk menyegel makhluk misterius di dunia ini. Karena raganya telah terbebas, maka hanya tinggal jiwanya saja, dan saat kalian telah menikah, jiwa itu akan terbebas bersamaan dengan hancurnya segelnya.” 

“Segel? Segel apa lagi?” 

“Itu ... segel yang mengurung makhluk jahat di suatu tempat. Makhluk itu begitu cerdas hingga ksatria di dunia ini tidak dapat mengalahkannya. Karena itu, aku menyegelnya bersamaan dengan diriku, dan berharap akan ada cahaya untuk masa depan dunia ini.” 

Kagami yang mendengarnya seketika memperlihatkan wajah masam yang aneh, seakan hendak tak percaya pada cerita tersebut. Kemudian pria tua itu menambahkan. 

“Sebelum Schana menggunakan segel itu, dia telah cukup umur untuk menikah, dan meski telah berlalu selama 20 tahun, tubuhnya tidak akan bertumbuh lagi akibat risiko dari segel tersebut.” 

“Memangnya kenapa?” 

“Aku tahu kok ... sebagai ‘setengah' manusia, kalian hanya memiliki daya hidup hingga usia 25 tahun, ‘kan? Sepertinya sangat cocok untuk menjodohkan kalian berdua.” 

“Dari mana kau tahu tentang ‘kami'? Dan juga, bukankah seharusnya kau kasihan kepada Schana jika dia harus kutinggalkan ketika aku telah mencapai batas usiaku?” 

“Hahaha ...! Mau bagaimana lagi? Kau telah dipilih sebagai suaminya, apa pun yang terjadi, aku tidak yakin dia akan memilih laki-laki lain selain dirimu.” 

“Itu benar, Kagami!” 

Schana meninggikan suaranya, mengikuti alur pembicaraan di antara kedua orang itu. 

“Aku ... hanya mencintai seorang laki-laki yang menurutku pantas untuk kucintai! Selama ini aku telah melihat banyak orang mati di tempat ini. Tetapi hanya kau saja yang mampu lulus dalam ujian tersebut. Tidak peduli seberapa lama waktu kau hidup, aku hanya ingin mencintaimu dengan tulus.” 

Kagami membuka lebar kedua matanya. Dia tersentak kaget saat wanita itu mampu mengucapkan kalimat yang bahkan membuat bulu kuduknya berdiri, melebihi rasa takutnya pada Astal. Ya, pernyataan cinta seorang wanita yang begitu tulus. 

“Kau yakin itu tidak apa?” 

“Ya!” 

Schana menjawabnya dengan lantang. Suara penuh semangatnya menggema di ruangan tersebut. Bahkan mampu membuat pria tua itu mengukir senyum puas di wajahnya. Pria tua itu lantas berjalan mundur dan menghadap ke arah di antara mereka. 

“Baiklah, Schana, kau yakin akan menerimanya sebagai suamimu?” 

“Saya sangat yakin!” 

“Jawaban yang menyenangkan. Lalu, Kagami, kau mau menerima Schana sebagai istrimu?” 

“Um, itu ....” 

Laki-laki itu menutup kedua matanya. Kebimbangan muncul di wajah Kagami. Melihat hal itu, Schana merasa sedikit sedih, dia menurunkan pandangannya seakan hendak menangis, tetapi dia tahu tidak dapat melakukannya saat ini, di mana semuanya belum terlalu jelas. 

“Aku ... menerimanya.” 

Dengan wajah yang terlihat malu-malu, Kagami membuka matanya dan mendapati Schana yang berlari dengan cepat ke arahnya. Wanita itu tanpa ragu melompat dan memeluk Kagami. Kemudian, cahaya keemasan muncul dan meledak seperti gelombang kejut. 

Saat Kagami tersadar, pria tua itu telah tiada dan menghilang bak ditelan bumi. Tetapi pesan perpisahannya masih muncul beberapa saat kemudian. 

“Ya, selamat atas pernikahan kalian berdua! Aku mengharapkan anak yang manis terlahir tahun depan ....”

“Tu-tunggu! Apa maksudmu barusan? Kami telah menikah? Sejak kapan? Mana upacara pernikahannya? Woi, dasar tua bangka!” 

“Nyahaha ... aku bersyukur kita telah menjadi pasangan suami-istri yang sah.” 

Schana semakin erat memeluk tubuh Kagami. Sedangkan laki-laki tersebut, dia hanya dapat tersenyum kecut seakan menjadi bahan permainan oleh pria tua tadi dan Schana.


Posting Komentar

0 Komentar