Sudah satu jam Kagami dan Lily memasuki labirin. Mereka kini berada di lantai 12 dengan mudah seakan labirin ini bukanlah labirin yang sulit dan tidak layak ditakuti para penduduk kota. Beberapa petualang kelas menengah membutuhkan waktu hingga empat jam hanya untuk mencapai lantai 10, tetapi mereka berdua berhasil melewati lantai itu dengan waktu lebih singkat.
“Emm ... Master? Kenapa kita tidak keluar dari tempat ini saja? Tidak banyak monster kuat di sini selama ada kita!”
“Huh, jangan pernah meremehkan musuh selemah apa pun mereka, Lily!”
Kagami memberikan chop ke kepala gadis kecil itu. Lily yang terkejut hanya berteriak kecil, “kyaa!” sembari memegangi kepalanya.
Tiba-tiba Kagami berhenti dan menahan Lily. Beberapa meter di depan mereka, muncul bayangan raksasa yang berjalan ke arah keduanya. Setelah semakin mendekat, wujudnya mulai tampak dan sedikit membuat alis Kagami naik sebelah.
“Eh? Emm ... itu?”
“Ada apa, Master?”
“Ah, bukan apa-apa. Hanya merasa tak asing saja.”
Di depannya, terdapat seekor monster menyerupai kera besar dengan bulu hitam dan perut berwarna merah cerah. Tingginya sekitar dua meter dengan tubuh dipenuhi otot besar. Kagami dan Lily kemudian saling berhadapan, mereka melakukan adu batu-gunting-kertas yang diajarkan oleh Kagami.
Pom-pom suit. Kagami mengeluarkan gunting, sedangkan Lily mengeluarkan batu.
“Yeay! Aku menang lagi!”
“Aku yang mengajarinya, tetapi kenapa aku yang kalah terus? Ini tidak adil!”
Dia kemudian mengambil pistolnya dan tanpa segan menembak tubuh monster itu tepat di dahinya.
“Ghaaa!”
Monster besar tersebut tergeletak begitu saja tanpa perlawanan pada debut pertamanya melawan Kagami. Tak berselang lama, suara misterius menggema di ruangan tersebut. Kagami yang terkejut segera bersiaga dan bersiap mengambil pistolnya.
Namun dia merasa tarikan di lengan bajunya. Dia melirik ke bawah, mendapati Lily yang memegangi perutnya dengan satu tangan.
“Master, aku lapar ....”
“Ah? Iya, kita belum makan sejak masuk kemari. Hahaha, maafkan aku Lily.”
Di tempat itu, mereka lalu mengeluarkan bekal yang telah disiapkan ketika berada di penginapan.
“Um, daging! Daging! Aku suka daging!”
“Iya, iya ... ini daging pesanan Anda, nona Lily.”
“Yeay! Terima kasih, Master!”
Mereka beristirahat sekitar 30 menit. Kagami melihat-lihat struktur labirin tersebut dengan menggunakan peta di Device-nya. Setelah dirasa cukup untuk mendapat informasi daerah tersebut. Dia mematikan layar Device dan melihat ke bawah.
Lily tidur dengan tubuh melingkar seperti bola, ekornya yang ramping menepuk-nepuk lantai tanah. Kagami lalu membelai lembut kepala gadis tersebut, perlahan Lily mulai terbangun dan mengusap matanya.
“Kau sudah bangun?”
“Umm ....”
Lily mengangguk pelan. Saat masih setengah sadar, Kagami lalu menggendongnya di depan dengan lembut dan menyandarkan kepala mungil itu di bahunya. Tiba-tiba kedua lengan kecil Lily merangkul leher Kagami dan memeluknya erat.
“Papa ....”
“Eh? Lily ...?”
Gadis tersebut masih setengah sadar dan kembali terlelap dalam pelukannya. Kagami hanya dapat tersenyum melihat tingkah manja gadis kucing tersebut.
***
Sekarang Kagami dan Lily berada di lantai 20. Keduanya terdiam dan tak melanjutkan perjalanan saat di hadapan mereka terdapat sebuah pintu raksasa setinggi lima meter dan lebar tiga meter. Mereka saling bertukar pandang sejenak, lalu mulai maju dan mendorong pintu raksasa tersebut bersama.
Sepertinya pintu itu cukup lama tak dibuka sehingga saat ini untuk menggesernya pun sedikit membutuhkan tenaga tambahan.
Mereka masih terdiam setelah melihat isi ruangan tersebut. Sebuah ruangan misterius di hadapan mereka itu, menampilkan ruangan labirin pada umumnya, hanya saja terdapat bangunan kecil ujung ruang tersebut yang menyerupai kuil dewa kuno. Bangunan kuil itu terlihat usang dan hampir roboh. Beberapa bagian atap dan dindingnya sudah banyak yang berlubang.
Kagami mengambil langkah pertama setelah diliputi rasa penasaran yang tinggi dalam bangunan kuil tersebut. Cukup aneh melihat sebuah kuil usang berada di dalam ujung terdalam labirin.
“Master? Jangan tinggalkan Lily sendiri!”
Lily memegangi pakaian Kagami dan bersembunyi di balik jubah hitamnya. Tubuh kecil gadis itu gemetar saat mereka semakin melangkah maju memasuki ruangan. Aura di sekitar kuil itu pun bertambah berat dari sebelumnya. Merasakan ada hal aneh yang mendekat, Kagami hanya dapat menjaga jarak terhadap kuil tersebut.
“Wah, wah, tidak aku sangka ada tamu setelah 10 tahun pintu itu tertutup.”
Seorang wanita berumur sekitar 20 tahun dengan rambut panjang keemasan muncul dari dalam kuil tersebut. Di atas kepalanya terdapat sepasang telinga panjang dan runcing. Wanita itu memakai pakaian kuno menyerupai yukata yang membalut tubuhnya, tetapi bulatan besar di dadanya itu seakan tidak dapat disembunyikan. Kakinya yang panjang dan ramping pun tak kalah elok dengan kulit putih porselennya. Di bagian belakang, ada ekor berwarna emas berjumlah sembilan yang menggeliat tak tentu.
“Siapa kau?”
“Siapa aku? Harusnya aku yang bertanya begitu! Kalian berdua adalah orang pertama dan kedua yang masuk kemari setelah 10 tahun tidak ada yang menantang tempat ini.”
“Kami hanya petualang biasa.”
“Benarkah? Kurasa juga begitu. Hmm ... gadis kecil itu tampak lucu, kenapa dia bersembunyi di situ?”
Kagami melirik ke bawah, di mana Lily masih bersembunyi di balik jubahnya. Tetapi gadis tersebut perlahan menampakkan kepalanya saja dan memperlihatkan sepasang telinga kucingnya.
“Oh, ternyata dari ras Silver Cat, ya?”
“Umm ....”
Wanita itu menyeringai, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda berbahaya lain.
“Sekarang katakan kepadaku, siapa dirimu? Dan kenapa kau bisa berada di tempat seperti ini?”
“Ah ... merepotkan. Kau adalah laki-laki yang menarik, sayangnya sikapmu terlalu dingin kepada wanita cantik sepertiku. Baiklah, aku adalah dewi para binatang, biasanya manusia memanggilku Dewi Rubah Emas.”
“Oh, aku tahu alasannya.”
Tanggapan Kagami begitu singkat, tetapi dia mengetahui nama itu berasal dari ciri fisiknya yang memiliki rambut berwarna emas.
“Kau tidak tertarik padaku? Biasanya para petualang laki-laki akan mencoba mendapatkanku setelah sampai di lantai ini.”
“Memang apa gunanya mendapatkanmu?”
“Tch! Kuanggap itu tidak pernah keluar dari mulutmu, manusia. Banyak manusia sepertimu yang datang kemari dan menginginkanku sebagai pelayan mereka. Aku sih tidak terlalu menolak karena telah bosan berada di sini.”
“Lalu, kenapa kau masih di sini?”
“Tte! Dengarkan dulu baik-baik sampai selesai!”
Kagami hanya memasang wajah datar saat wanita itu membentaknya dengan nada tinggi.
“Untuk mendapatkanku, ada hal khusus yang harus kalian lakukan. Ini bukan ritual atau hal-hal aneh membosankan sih ....”
“Oi, cepatlah! Langsung pada intinya saja!”
“ ... dengarkan aku dulu, dasar manusia sialan! Baiklah! Kalian lawan saja makhluk di sana jika ingin mendapatkanku! Hmph!”
Wanita itu menunjuk ke arah kirinya, kemudian memalingkan wajahnya yang masih memerah karena marah. Kagami pun segera menoleh ke arah dinding yang ditunjuk. Di sana terdapat makhluk seperti ular naga dengan sisik hitam. Tetapi dia hanya diam saja dan menempel pada dinding seperti hiasan.
Di belakangnya, lebih tepatnya pada dinding tersebut, terdapat lingkaran formasi sihir yang menyala berwarna ungu terang. Monster itu kemudian menggeliat seakan bangkit dari kematian, dia mengerahkan kekuatannya dan menghancurkan formasi sihir tersebut.
“Shaaa ...!”
Ular naga itu jatuh ke tanah. Dia mendesis dan mulai bangkit dengan menggunakan otot tubuhnya seperti ular kobra. Tingginya menjadi sekitar lima meter dan hampir menyentuh langit-langit.
“Lily, kau diam dan bersembunyi saja! Makhluk ini sedikit merepotkan.”
“Tetapi, Master? Aku ingin bertarung bersamamu!”
“Tetapi bukan sekarang. God Shield!”
Kagami menyentuh Lily, kemudian cahaya hijau membentuk bola raksasa menutupi tubuh gadis itu sepenuhnya. Lily segera berlari ke tempat lain yang lebih aman. Karena tidak ada tempat persembunyian, dia berlari ke tepi dinding dan meringkuk sambil memeluk lututnya.
“Yo! Anak manis! Kita di sini saja sambil menikmati pertandingannya.”
Wanita rubah itu mendekat, awalnya Lily ketakutan, tetapi setelah wanita itu menciptakan perisai di sekitar mereka, Lily menjadi lebih tenang.
Kagami yang telah bersiaga, menyiapkan kuda-kudanya dan mengambil pistolnya. Tidak ada tempat bersembunyi, sehingga dia harus memanfaatkan segala yang ada di ruangan itu, meski harus menggunakan bagian tubuh monster tersebut.

1 Komentar
Keren senpai
BalasHapus