The Irregular Lifeforms Chapter 03 - Keseharian yang Melelahkan



Di mata semua orang, mungkin sekolah adalah tempat yang menyenangkan untuk belajar dan mendapat teman. Berbagi pengalaman bersama dan menghabiskan waktu bersama. Tidak hanya bersama teman, bagi mereka yang memiliki perasaan lebih, juga dapat menghabiskan waktu bersama kekasihnya.

Seperti halnya sekolah yang berada di negaraku, Indonesia. Terdapat beberapa kelas yang setiap ruangannya memuat sejumlah murid dan terbagi menjadi beberapa ruangan. Itulah gambaran kerasku saat mendengar kata sekolah dan kelas.

Namun yang kujumpai kali ini berbeda. Setiap harinya kami di sini, tidak pergi ke kelas untuk belajar cara bertarung atau cara mengetahui kelemahan musuh kami, yakni para Astal. Setiap hari kami selalu berada di ruangan yang sama, begitu pula denganku, selalu berada di ruangan regu 471.

Apakah ini namanya sekolah? Kami hanya keluar dari ruangan apabila menjalankan misi dan membeli barang belanjaan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kami menerima uang saku sesuai peringkat regu. Tapi syukurlah, uang yang kami terima dan kami bagi bersama masih layak disebut uang saku.

Sebelumnya, regu 471 berada pada peringkat 400-an. Aku tidak tahu apakah itu bagus atau tidak. Tapi setelah aku ikut bergabung dan bertarung bersama mereka selama beberapa hari, peringkat mereka naik menjadi 238. Apakah itu angka yang normal? Benar-benar kelas di sekolah ini dibedakan menjadi Alpha dan Omega, dan bagiku itu seperti diskriminasi terhadap murid, meski aku tidak tahu alasannya.

Bagiku yang paling mencolok mengenai pembagian kelas itu berada pada fasilitas yang disediakan, seperti pengguna VIP dan non-VIP. Tanpa kuberitahu pun, pastinya kalian mengerti maksudku. Tapi aneh, meski berbeda, reguku diperbolehkan memakai fasilitas yang sama seperti kelas Alpha. Kenapa? Entahlah...

Aku berada di kantin, memang mayoritas digunakan oleh murid kelas Alpha, dan kami terlihat satu-satunya kelas Omega di sini. Aku menyeruput teh hangat yang begitu nikmat di pagi yang dingin ini. Beberapa murid terlihat menatap sinis ke arah kami, tetapi entah kenapa, ketika aku membalas dengan lirikanku sendiri, mereka menghindarinya. Huft... aku merasa diabaikan.

"Ne, Kagami-kun, bukankah sebaiknya kita berada di kantin yang banyak terdapat murid Omega?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Tohsaka. Kurasa dia sedikit takut dengan tatapan murid lainnya.

"Kenapa? Kita tidak dilarang sama sekali."

"Itu benar, Tohsaka-chan. Kita tidak dilarang oleh siapa pun."

Baguslah, Mizuki ikut mendukungku. Beberapa suara langkah kaki terdengar dari belakangku. Tatapan teman-temanku pun juga berubah ke arahku. Tidak, lebih tepatnya ke belakangku. Aku kemudian menoleh dan melihat beberapa murid kelas Alpha berdiri di belakangku.

"Apakah kau yang bernama Kagami Kiriyama?"

Ya, gadis berambut hitam sepunggung itu menatapku tajam, tidak hanya dia, tapi beberapa gadis di belakangnya juga. Aku hanya dapat terperangah sambil mengangguk pelan.

"Kalau begitu... bolehkah aku bertukar alamat surel denganmu?"

"Aku juga!"

Beberapa gadis yang pada awalnya terlihat sedikit garang itu perlahan berubah 180 derajat. Ya, mereka bersikap lebih manja ketika memohon kepadaku. Bukannya aku tidak mau, tapi bagiku itu sedikit menyangkut privasiku. Terpaksa aku menolak mereka secara halus dan beruntunglah mereka menerimanya dengan sedikit helaan napas manja.

Keesokan harinya aku bangun cukup pagi, sekitar pukul enam. Aku menyiapkan beberapa pakaian dan sepatu olah raga. Ya, hanya dengan dilihat saja semua orang tahu jika aku akan jogging. Tempat teraman bagiku adalah di wilayah kelas Omega, karena jika tidak, aku akan kembali didatangi oleh para gadis-gadis itu.

Bukan hal mudah untuk menghindari mereka, yang paling parah lagi jika mereka telah mulai menggunakan sihir untuk melacak keberadaanku. Yah, pagi itu baru saja keluar dari gedung asrama kelas Omega, beberapa gadis terlihat bersembunyi di balik semak-semak dan dinding bangunan.

Sial! Apakah mereka tidak pernah lelah?

Batinku mulai tersiksa! Memiliki harem mungkin sedikit menyenangkan. Tetapi jika melebihi batas namanya keterlaluan. Setelah selesai melakukan olah raga rutin, aku kembali ke ruangan dan beristirahat sejenak. Tiba-tiba Hanabi menghampiriku dengan membawa secangkir teh hangat.

"Apa kau juga bagian dari mereka, Hana-chan?"

"Hahaha, jangan jahat begitu, Kagami-kun. Gadis mana yang tidak mau dekat-dekat dengan remaja berbakat sepertimu. Mencapai pangkat tinggi dalam usia semuda ini."

Dia duduk di sofa, tepat berada di sampingku. Aku tidak terkejut dengan ucapannya, tapi ayolah, aku tidak sekuat itu.

"Kau tahu, Hana-chan? Di dunia ini pangkat dapat diperoleh atau dinaikkan dengan menggunakan uang."

Aku berusaha mengecohnya, semoga saja dia sedikit terkejut dan percaya dengan perkataanku.

"Ya, aku tahu aturan itu sejak awal. Tapi ingatlah, Kagami-kun! Pangkat seorang prajurit boleh sama, tapi yang membuat mereka berbeda adalah pengalaman dan kerja keras."

Astaga! Aku tidak percaya dia memiliki jawaban sebegitu mengerikan. Sepertinya aku benar-benar telah dikalahkan oleh seorang gadis, dalam hal berdebat.

"Kau tahu? Saat pertama aku melihatmu bertarung dengan serius, aku bisa tahu apakah pangkatmu didapat dengan jalan pintas atau benar-benar hasil jerih payah."

"Eh... terima kasih."

"Eh? Kenapa kau berterima kasih kepadaku?"

"Aku merasa mendapat pelajaran penting darimu."

Ya, aku benar-benar terpukau dengan pandangan gadis di sebelahku. Sepintas dia terlihat seperti gadis manis yang begitu memesona, tapi jauh di dalam jati dirinya, dia adalah seorang pemimpin berjiwa besar. Jarang kutemui gadis sepertinya di negaraku sendiri.

Malam itu hujan turun cukup deras, aku membawa payung berwarna biru tua, berjalan menuju gedung pusat berlantai empat di sekolah ini. Tujuanku tidak lain adalah ruangan Albert-san, kepala sekolah di sini. Setelah menaruh payung di rak, aku segara menuju lantai empat dan menuju ruangannya. Kuketuki pintu tersebut tiga kali, terdengar jelas suaranya menjawab. Aku membukanya, kemudian masuk lalu menutup kembali pintu tersebut.

"Kagami-san? Ada perlu apa datang kemari?"

"Hmm, tidak biasanya kau menyapaku terlebih dahulu."

"Bukankah itu sudah biasa terjadi ketika kita berada di akademi dulu?"

Dulu sewaktu masih berada di akademi, kami memang sering bertemu. Dia adalah seniorku, tapi dia juga teman terbaikku.

"Bagaimana tentang penelitian itu?"

"Apa kau sudah tidak sabar? Asal kau tahu, beberapa orang menginginkanmu lenyap, jadi jangan sampai lengah ketika berada di sana."

"Yah... aku tahu itu akan terjadi. Jadi, lawanku kali ini teroris kah? Murid sekolah ini kah?"

Dia tersenyum hangat ke arahku, seperti sebuah kode yang sangat sulit kumengerti hanya dengan sebuah senyuman.

"Kau tahu siapa orang yang paling takut dengan kekuatan negara lain 'kan?"

Terlintas jelas di benakku, maksud dari perkataan Albert-senpai. Tanpa berpikir terlalu lama dan jauh, semua orang juga tahu bahwa setiap negara saling mewaspadai kekuatan militer negara lain, meski itu adalah negara sekutu.

"Ah... rupanya pemerintahan ini sendiri?"

"Hn! Jadi, apakah kau akan melawannya sendiri? Atau kau butuh sedikit bantuan dari divisimu?"

Pertanyaan itu sedikit memberatkanku, divisiku adalah unit ahli dalam pertempuran khusus, sekalipun untuk membunuh seorang kepala negara dalam waktu kurang dari satu menit setelah misi diberikan.

"Kurasa aku butuh sesuatu yang baru, yang berada di luar masalah divisiku."

"Hahaha...! Kalau begitu aku mengerti perasaanmu! Kau tidak ingin merepotkan tiga orang itu 'kan?"

"Ini adalah urusan pribadiku 'kan, Senpai?"

"Kuharap juga begitu, tapi mereka adalah unit kepercayaanmu, mereka tidak akan tinggal diam begitu saja, meski lawan mereka adalah dewa sekalipun."

Aku... benar-benar tidak menginginkan hal ini. Misiku hanya untuk melakukan penelitian dan melakukan observasi rahasia antara dua negara. Tapi aku tidak menyangka akan ada situasi merepotkan seperti ini.

"Jika kau sudah siap, besok kau akan dijemput pukul sembilan. Berhati-hatilah, Kagami-kun!"

"Ya, Senpai!"

Begitulah ... aku harus siap menerima konsekuensi nyata ini. Jika dilihat seperti percobaan pembunuhan agensi khusus suatu negara yang didalangi pengkhianatan. Tapi akan kubuat mereka gagal, dan menelan mentah-mentah rencana mereka sendiri. Hari di mana petualanganku yang sesungguhnya berada, akan segera dimulai.


Posting Komentar

0 Komentar